Akhirnya untuk beberapa saat
anak-anak kita sedikit lepas dari gadget, hadirnya Lato-lato/Kletek-kletek menjadi
mainan pengganti hp yang membuat orang tua sedikit bernafas lega. Namun ditengah
gemuruh viralnya permainan ini ada saja komentar orang dewasa yang membuat hati
anak-anak menciut dan membuat mereka ingin kembali ke gadget mereka, Lato-lato
dinilai membawa polusi suara yang menggangu aktifitas orang dewasa.
Pobia Kletek-kletek (suara
Lato-lato) memang membuat kita sebagian orang dewasa geram, terlebih sebagian
besar anak-anak bermain tanpa mengenal tempat dan waktu. Akibat dari kekesalan
ini orang dewasa akhirnya mulai beropini negatif menekan anak-anak agar era
Lato-lato segera berakhir.
Eits, jangan kira orang dewasa juga tidak mendukung permainan ini,
buktinya banyak publik figur memposting dalam media sosial mereka bermain
Lato-lato, dilain sisi banyak juga banyak orang mengadakan beragam macam event
perlombaan Lato-lato yang hadiahnya sangat menarik bagi anakanak. Ini sebuah
keajaiban media sosial, jika satu kebaikan viral maka dia akan menyebar
kemana-mana dan menjadi tren dimana-mana.
Lato-lato merupakan permainan
tradisioanal yang mungkin salah satu diantara kita tidak pernah mengenalnya
saat ini. Kejaiban dunia internet membawanya kembali kepangkuan anak-anak yang
rindu pada permainan tradisional, gadget memang membuat mereka jenuh
berinteraksi dalam dunia maya. Lato-lato adalah jawaban dari kejenuhan ini,
anak-anak sampai kapanpun tetap membutuhkan interaksi langsung dalam dunia
nyata dalam setiap permainan mereka yang lakukan.
Kita sebagai orang dewasa tidak
usah membuang muka pada generasi Lato-lato, lihatlah tingkah laku mereka yang
membuat kita flashback pada era
dimana gadget belum hadir pada era kita. Hari ini anak-anak kita senang bermain
diluar rumah bermain dengan teman-teman mereka, membuat interaksi sosial,
melatih daya kognitif, dan tentu yang paling penting adalah mereka belajar
tentang mengedalikan emosi terhadap suatu kondisi yang nyata. Ini sisi positif
yang tidak bisa kita bantah sebagai orang dewasa.
Apapun eranya memang ada
waktunya, kehadiran permainan tradisional membuat kita bernostalgia namun
anak-anak kita memiliki eranya sendiri. Era dimana saat waktunya tiba, mungkin
ada diantara kita sudah tidak hadir lagi di alam dunia. (Penulis: Ikfini Vidi)
2 Comments
Keren Mas..karya mas ikfini,
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih banyak... maaf tulisan masih berantakan hehe
Delete