Setelah wafatnya kyai Madamin bin kyai Romli pada 1940 M / 1366 H, keberadaan komplek pondok Babakan selatan di asuh oleh KH. Abdul Hanan, menantu sekaligus sesepuh pondok waktu itu. Beliau dibantu oleh KH. Muhammad ayahnya KH. Tamam Kamali dan KH. Masduqi Ali (keduanya menantu), serta dibantu KH. Sholihin (putra kedua KH. Madamin).
Pendiri MHS (Sumber: Facebook MHS) |
Keberadaan pondok Babakan pada tahun
1940 M sampai 1950 M. Kurang begitu stabil, mengingat adanya gerakan perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Bahkan sekitar tahun 1949 M, pesantren Babakan sempat di
kosongkan dari kegiatan santri. Namun sekitar tahun 1950-an keadaan pesantren
kembali pulih seperti semula. Aktifitas pesantren pada masa itu masih
menggunakan sistem pengajian sorogan dan bandongan yang merupakan cikal bakal
lahirnya Madrasah al-Hikamus Salafiyah.
Pada tahu 1958 M/ 1378 H KH. Abdul
Hanan memanggil kedua putranya, KH. Amrin dan
KH. Anwar Fathoni yang pada waktu itu masih mesantren di daerah Watu Congol, Muntilan, Magelang Jateng yang di asuh Mbah Dahlar, beliau berdua
dipanggil ikut membantu menangani kegiatan pesantren. Terobosan awal yang
dilakukakan KH. Amrin dan KH. Anwar adalah menerapkan sistem musyawaroh, yang
kemudian disambut baik oleh santri, namun sayang, meskipun sudah berjalan
selama satu tahun, sistem musyawaroh tidak bisa berjalan secara efektif.
Sehingga pada tahun 1959 M , KH. Abdul Hanan memberikan restu kepada ke dua
putranya untuk mengasuh para santri dengan menggunakan sistem madrasah dengan metode ini, diharapkan akan muncul kader muslim yang sholeh, berilmu dan
bertaqwa.
Dirubahnya sistem musyawaroh menjadi sistem madrasah juga mendapat restu dari seluruh sesepuh yang ada di pesantren Babakan dan sesepuh pesantren se- Cirebon. Diantara yang memberi restu adalah:
1. KH. Abdul Hannan
2. KH. Amin Sepuh
3. KH. Muhammad Sanusi
4. KH. Masduqi Ali
5. KH. Syatori
6. Habib Syaikhon bin Abu Bakar bin Yahya
7. KH. Sholihin
8. KH. Syarif Muhammad bin Syaikhon bin Abu Bakar bin Yahya
9. KH. Amin Halim
10. KH. Anwar Fathoni
11. KH. Sofwan
12. KH. Syaerozie Abdurrohim
13. KH. Mukhlas A'wan
Madrasah Al-Hikamus Salafiyah berdiri pada Tahun 1959 M, dan pembangunan Gedung Madrasah Al-Hikamus Salafiyah didirakan pada Tahun 1964 M. Ketika peletakan batu pertama mengundang para Ulama sekabupaten Cirebon lantaran beliau juga mendukung dan mendo'akan Gedung MHS, diantaranya :
1. KH. Syatori (Arjawinangun)
2. KH. Ridwan (Balarante)
3. KH. Umar (Kempek)
4. KH. Nasir (Kempek)
5. KH. Mustahdi (Winong)
6. KH. Yasin (Gedongan)
7. KH. Ma'sum (Gedongan)
8. KH. Dimyati (Gedongan)
9. KH. Yusuf (Gedongan)
10. KH. Mustamid (Buntet)
11. KH. Murtadho (Buntet)
12. KH. Abdullah (Buntet)
13. KH. Zaen (Buntet)
14. KH. Habib syekh (Jagasatru)
MHS Tempo Dulu (Sumber: Facebook MHS) |
Maka tepatnya pada tahun 1959 M,
pengajian santri mulai di bina dengan menggunakan sistem madrasah. Dan madrasah
tersebut diberi nama oleh KH. Masduki Ali dengan nama MADRASAH AL HIKAMUS SALAFYIAH
(MHS) yang kepengurusannya di tangani
langsung oleh KH. Anwar Fathoni dan dibantu oleh KH. Amin Halim (adik
iparnya). Pada awal perintisannya, MHS
belum memiliki gedung sendiri, sehingga kegiatan sekolah diselengarakan
di jeramba-jeramba pondok, ditajug (masjid selatan sekarang) dan dirumah
pusaka (rumah ustad Izzudin sekarang). Jenjang pendidikan paling tinggi pada
waktu itu hanya sampai pada tingkat Tsanawiyah, yang di mulai dari kelas 2 Ibtidaiyah. Meski demikian, materi pelajaran yang diajarkan pada siswa Tsanawiyah
setara dengan materi pelajaran yang di berikan pada siswa Aliyah sekarang. Sementara
itu, bagi santri–santri senior yang
sudah menamatkan MHS, mereka diberi pengajian dengan sistem takhasus (pengajain
khusus) oleh KH. Masduqi Ali dan sekaligus menggantikan tugas–tugas berat KH.
Anwar Fathoni yang pada saat itu terserang sakit parah.
MHS SEMAKIN MANDIRI
Selama kurang lebih
8 tahun MHS belum memiliki gedung sendiri. Baru pada tahun 1966 M gagasan tersebut pertama kali muncul dari KH. Syaerozie, dan mendapat dukungan dan penuh dari dewan asatidz pada waktu
itu, serta para sesepuh yang ada di pesantren Babakan. Pada waktu itu yang
menjadi ketua formatur pembentukan panitia pembangunan adalah Kyai Anwar Fathoni dengan penuh perhatian dan kesungguhan, meskipun kesehatannya kurang baik, Kyai Anwar Fatoni mulai membentuk kepanitiaan pembangunan gedung Madrasah al-Hikamus Salafiah dengan
melalui jalan musyawaroh maka muncul nama-nama panitia diantaranya adalah KH.
Amin Halim sebagai ketua panitia, KH.Syaerozie sebagai humas dan di bantu
Ust.Yunus dari waktu belah juga
Ust.Ribban dari Gandok.
Maka tepatnya pada
tahun 1978 M. pembangunan Madrasah mulai dilaksanakan sebagai pesiapan awal
adalah dengan membuat kurang lebih 85.000 buah batu bata, yang dihasilkan dari
tanah milik putra-putri Kyai Madamin (Bani Madmin). Kemudian KH. Maktum Hannan
menghibahkan tanahnya diblok Gondang Manis untuk dijadikan areal gedung MHS.
Namun, tanah tersebut kurang luas, maka dengan tiga bantuan orang dermawan
yaitu: bapak H. Ghozali dari Dukuhpuntang, bapak H.Hamid dari Dadap, membeli
tanah milik Bapak Akhid yang kebetulan beriringan dengan tanah milik KH. Maktum
Hannan yang akan dibangun gedung Madrasah al- Hikamus Salafiyah. Setelah
persiapan dianggap cukup matang maka tepatnya pada hari Ahad tahun 1967 M.
diadakan acara peletakan batu pertama pembangunan gedung MHS. Dimana pada acara
tersebut diahadiri oleh banyak dari
kalangan ulama daerah Cirebon dan sekitarnya, diantara para
ulama-ulama tersebut adalah: KH.Umar
dari ponpest Kempek, KH. Ridwan dari ponpest Balarante, KH. Ali dari Gombang, KH Anwar dari Kali Tengah dan KH. Ahmad Syatori dari ponpest Arjawinangun beliau
sekaligus membaca doa usai acara peletakan batu pertama, pembangunan
madrasah terus di kerjakan setiap hari
secara bergotong-royong oleh santri dan masyarakat Babakan. Sehingga tak terasa
waktu demi waktu telah begitu cepat terlewati hingga akhirnya sebuah gedung yang
agak megah (pada zamannya) telah berdiri kokoh sesuai dengan rencana sebelumnya. Ketika memasuki tahun 1969 M, MHS yang dulunya hanya sampai pada tingkatan Tsanawiyah mengadakan tingkat berikutnya yaitu tingkat Aliyah selang selama
kurang lebih 2 tahun, ada yang mengusulkan tingkat Aliyah MHS dinegrikan. Akhirnya dari pihak keluarga mengadakan musyawaroh yang kemudian menghasilkan
kesepakatan rencana di negrikannya status tingkat Aliyah, sebagai tindak lanjut
hasil musyawaroh tersebut para kyai yg diwakili KH. Ali, KH. Masduki ali, KH.
Syaerozie menghadap mentri agama yang pada waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Dahlan untuk meminta SK
didirikannya madrasah aliyah(MA). Akhirnya atas nama Madrasah al Hikamus Salafiyah
diberi 2 SK, pertama SK MAN dan yang ke 2 SK IAIN fakultas tarbiyah. Maka setelah
tingkat Aliyah MHS di negrikan otomatis namanya pun berubah menjadi madrasah
aliyah negeri (MAN 2 Cirebon) sekarang.
KH. Masdum Muharom Pencipta Logo MHS |
Setelah memasuki
tahun 1970 M, kembali tingkat Aliyah MHS didirikan, setelah pihak keluarga
mengadakan musyawaroh kembali secara sederhana. Sekaligus sebagai tingkat
terakhir bagi siswa yang sudah menamatkan tingkat tsanawiyah. Setelah gagasan
tersebut dipertimbangkan, maka tepatnya pada tahun 1970 M , tingkat aliyah
turut andil melengkapi gedung dan fasilitas baru yang ada di MHS, dimana yang
memegang kepemimpinan MHS pada waktu itu
adalah: tingkat Ibtidaiyah KH. Syaerozie , tingkat Tsanawiyah KH. Anwar Fathoni, tingkat Aliyah KH. Amin Halim.
KABUT TEBAL MENYELIMUTI BUMI BABAKAN
Disaat perkembangan MHS semakin meningkat, dan
semakin mantap langkahnya, dan disaat para santri khusyu–khusyunya
mendalami makna yang mereka kaji setiap hari, tak terasa kabut tebal menyelimuti
bumi Babakan dan kesedihan pun turut mewarnai keadaan pada saat itu tepatnya
pada tahun 1979 M KH. Anwar Fathoni berpulang kerahmatullah, dimana beliau pada
waktu itu menjabat sebagai kepala tingkat Tsanawiyah. Maka untuk menggantikan
kedudukan beliau di MHS, lebih tepatnya 3 hari setelah kepergian beliau, KH.
Amrin Hanan di tunjuk dan disepakati sebagai penggantinya.
Pada tahun 1990
M KH. Amin Halim dipanggil menghadap Allah setelah sebelumnya di rawat RS. Islam Siti Fathimah Cirebon, maka sebagai
penggantinya KH. Makhtum Hanan di percaya untuk menjabat sebagai kepala tingkat Aliyah. kemudian hanya selang 2 tahun dari wafatnya KH. Amin Halim tepatnya
pada tahun 1992 M KH. Masduki Ali pulang ke rahmatullah setelah sebelumnya juga
sempat dirawat di rumah sakit Gunung Jati Cirebon, maka sebagai sepuh generasi
berikutnya KH. Syaerozie telah direstui untuk mengisi sambutan atas nama
sesepuh komplek pesantren Babakan selatan pada setiap acara akhirussanah di MHS.
Pada tanggal 11
juli 2000 M bumi Babakan kehilangan satu tokoh yang sangat berperan penting di
MHS yakni KH. Syaerozie, beliau pun pulang kerahmatullah. Untuk mengganti
beliau ditunjuklah putranya KH. Azka Hamam sy, Lc sebagai kepala madrasah
tingkat Ibtidaiyah. Kemudian pada tanggal 15 januari 2004 KH. Amrin Hanan di
panggil dan menghadap Allah kemudian sebagai pengganti beliau di dalam menjabat
sebagai kepala madrasah tingkat Tsanawiyah dipercayakan kepada KH. Zamzami Amin.
Pada Sabtu pagi pukul 06.35 WIB tanggal 21 Januari 2017, KH. Makhtum Hanan meninggal dunia, kabut tebal masih terus menyelimuti Babakan. Sehingga terjadi perombakan kepala madrasah yakni tingkat Aliyah dijabat oleh KH. Zamzami Amin, tingkat Tsanawiyah oleh Dr. KH. Ahmad Najiyullah Fauzi, MA dan tingkat Ibtidaiyah masih diemban oleh KH. Azka Hammam Syaerozie.
MHS TERKINI
Sebagai salah satu madrasah pencetak kader ulama, MHS kini telah menjadi lembaga dengan tingkat jenjang pendidikan lengkap satu atap, hal ini dikuatkan dengan di dirikanya Ma'had Aly al Hikamus Salafiayah (MAHS) yang direktori oleh DR. KH. Arwani Syaerozie, Lc. MA. Ma'had Aly Al-Hikamus Salafiyah mendapatkan SK Izin Operasional dari Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI pada tahun 2015 pada acara peluncuran 13 Ma'had Aly se-Indonesia oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin di Tebuireng Jombang.*
Wisuda Angkatan Pertama MAHS (Sumber: Facebook MHS) |
0 Comments