Merasa senang bukan berarti kita
sedang bahagia, pengertian keduanya berbeda. Senang berasal dari eksternal diri
kita sedangkan bahagia berasal dari internal dalam diri kita. Mungkin, kita
merasa senang mendengarkan lagu-lagu baru namun perlahan lagu tersebut menjadi
bosan ditelinga kita. Bisa saja kita merasa senang mendapatkan pasangan yang gudluking namun kita belum tentu bahagia
jika pasangan kita itu ternyata memiliki kebiasaan buruk yang mengancam
hubungan kita dimasa depan.
Menurut Psychology Today, kebahagiaan erat kaitanya dengan tujuan dan
kepuasan hidup. Saat seseorang mampu menikmati hidupnya, maka ia telah meraih
kebahagiaannya. Kesenangan kelihatanya mampu memberikan kebahagian namun pada
akhirnya kita mengalami suatu titik kebosanan, sedangkan rasa bahagia tidak
pernah timbul perasaan bosan.
Hal lain yang membedakan antara
kesenangan dan kebahagian adalah jangka waktu, kesenangan itu jangka pendek
sedangkan kebahagian adalah jangka panjang. Contohnya kita mungkin senang saat menikah,
sedangkan bahagia adalah saat kita saling mencintai dan dicintai oleh orang yang kita nikahi. Penelitian menunjukan
kesenangan memang berpengaruh pada kepuasan emosional, tapi hanya dalam jangka
waktu pendek
Kesenangan memberikan candu pada
orang sedangkan kebahagian tidak. Contohnya kita mungkin merasa senang saat
postingan kita banyak disukai dan dipuji orang lain, meskipun kita tahu bahwa
yang kita unggah bukan cerminan diri kita, semakin banyak pujian, like dan komentar membuat kita senang namun
sejatinya kebahagiaan adalah saat kita bebas mengekspersikan diri kita dan tidak
tergantung pada like, komentar dan pujian orang lain. Karena kecanduan inilah
seringkali memberikan kehampaan dalam diri kita, sedangkan kebahagiaan tidak
memberikan kehampaan tapi kedamaian.
Disaat orang-orang mulai berlomba
mencari kebahagian melalui having fun, sejatinya
mereka tidak akan menemukan kebahagiaannya itu. Memang benar kesenangan membuat letupan-letupan kebahagiaan, tetapi perlahan
kita pasti bosan menerimanya sedangkan kebahagiaan sendiri tidak pernah
melahirkan kebosanan.
Pada akhirnya kita harus berhenti
mengejar kesenangan atau kebahagian semu, cobalah terus berbicara pada diri
sendiri apakah yang kita lakukan merupakan suatu kebahagiaan atau hanya
kesenangan belaka? (Penulis: Ikfini Vidi)
0 Comments