Tantangan Santri Salaf diera Milenial


Oleh: Finzie

Kehidupan era milenial memaksa kita untuk mengikuti arus digitaliasasi pengetahuan dan informasi. Dijaman yang serba praktis sekarang, ilmu pengetahuan mudah sekali didapatkan hanya  sekali klik semua jendela ilmu terbuka luas. Begitu juga dengan arus informasi yang tidak dapat lagi terbendung, setiap detik kita selalu dijejali beragam informasi lintas wilayah dan kebudayaan.

Pena Santri Salaf Merupakan Perwujudan Era Digitalisasi Santri

Dan ketika era digitalisasi pengetahuan dan informasi itu merangsek ke dunia pesantren, banyak pondok pesantren mulai bertransformasi mengikuti jaman. Kini pesantren mulai  mengadopsi jargon “Menjaga tradisi mengawal inovasi”. Tentu dengan diterapkanya jargon tersebut era keterbukaan pengetahuan memberikan efek positif dan negatif, semisal santri masih letal menenteng  kitab-kitab kuningnya sekarang mereka tidak perlu repot melalukan hal tersebut, karena sekarang telah tersebar kitab-kitab kuning berbentuk digital yang cukup diakses melalui gawai. Hal sebaliknya pun bisa terjadi, karena mudahnya akses pengetahuan, santri malah enggan untuk mengabsahi kitab kuningnya-meskipun hal ini jarang terjadi- karena dengan cukup one click santri sudah tahu arti dan penjelasan kitab kuning miliknya.
Khazanah atau dalam pengertian kita adalah kekayaan budaya merupakan suatu hal yang harus kita pertahankan mati-matian, termasuk diantaranya adalah khazanah kepesantrenan. Dipondok Assalafie sendiri khazanah-khazanah tersebut terus dipertahankan, Assalafie kini telah memadukan sistem Salaf-kholaf dimana sistem tersebut sangat tepat. Dipondok pesantren Assalafie masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi pesantren salaf semisal pengajian kitab kuning dengan metode bandongan, sorogan, lalaran. Selain itu juga pondok pesantren Assalafie menerapkan pendidikan informal Madrasah. Disisi lain pondok pesantren  Assalafie memiliki lembaga sekolah formal semisal Mts dan MA NU Assalafie yang berdiri sejak tahun 2012 disusul setahun kemudian membuka bangku perkuliahan Fakultas Agama Islam jurusan PAI yang merupakan cabang dari Universitas Nahdlotul Ulama Cirebon.
Lulusan MA NU Angkatan Pertama

Dilain sisi, khazanah-khazanah itu mulai bergeser dari cara-cara tradisional menuju kearah yang lebih kekinian dan modern, contoh realnya adalah pengajian kitab kuning sekarang sudah memakai platform media sosial live streaming seperti yang telah dilakukan pondok pesantren Lirboyo setiap Kamis Legi. Dan sekarang pun pondok pesantren Asssalfie telah mencoba hal tersebut, live streaming pengajian kitab Al-fiyyah. Jika ditilik kebelakang, pesantren telah menerapkan ngaji online melalui siaran langsung radio, namun diera sekarang radio perlahan mulai ditinggalkan oleh peminatnya.


Santri diera milineal ini haruslah melek teknologi, siap menghadapi era keterbukaan dunia, siap menghadapi era dimana orang yang mengusai teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai manusia yang unggul. Digitalisasi khazanah pesantren seharusnya membuat santri lebih bersemangat dalam belajar, lebih optimis menghadapi dunia yang kian hari semakin kompleks. Menutup tulisan ini, benar apa yang telah dikatakan Kang Said Aqil :”Santri dijaman sekarang harus bisa memanfaatkan internet, Google, komputer dan lain-lain agar santri tidak tertinggal, tetapi santri tidak boleh meninggalkan kitab kuningnya”.




Reaksi:

Post a Comment

0 Comments