Universe 25, Surga yang Pernah dibuat Manusia

 

(Ilustrasi, sumber: Pngtree)

Apakah umat manusia pernah membuat surga? Pernah, tempat tersebut sangat ideal untuk kita tinggali, dimana makanan, minuman, rumah serta semua kebutuhan kita disediakan gratis setiap hari. Penciptaan surga tersebut pernah dilakukan oleh seorang ilmuan Ahli etologi John B. Calhoun yang membuat sebuah surga untuk tikus yang dia sebut sebagai negeri utopia dan kemudian dunia mengenalnya dengan eksperimen Universe 25.

Penelitian Universe 25 dimulai pada tahun 1965 hingga 1972 di Institut Nasional Kesehatan Mental Maryland, tujuan utama penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan para tikus serta mengetahui efek dari over populasi kehidupan para tikus . untuk memenuhi kebutuhan para tikus Calhoun membuat sebuah ruangan besar yang mampu menampung 3.800 ekor tikus dengan makanan, minuman serta sarang yang hangat untuk mereka tinggali.

(Baca Juga: Stuxnet, Upaya AS dan Israel Mencegat Senjata Nuklir Iran)

Mulanya Calhoun menaruh 4 pasang tikus jantan dan betina untuk saling tinggal bersama, mereka benar-benar hidup layaknya disurga dengan semua fasilitas yang ada tidak ada kegiatan yang signifikan selain untuk makan dan tidur. Maka satu-satunya aktivitas yang tikus lakukan adalah berhubungan seksual untuk berkembang biak, sehingga setiap 55 hari sekali populasi dalam kandang meledak,hingga puncaknya mencapai 2.200 ekor.

(Calhoun dalam surga yang dia buat)

Setelah hari ke- 315 sejak penelitian dimulai, karena dari hari ke hari jumlahnya terus bertambah sehingga surga yang mereka tinggali terasa sempit karena over populasi. Menyadari hal tersebut para tikus jantan dewasa yang dulu memimpin koloninya kini kehilangan otoritas kekuasaanya karena semua tikus menuntut kesetaraan wilayah yang kini mulai menyempit. Dari sinilah bencana itu dimulai.

Karena ketiadaan pemimpin tersebut membuat aturan sosial tidak berlaku lagi, para tikus mulai egois hanya mementingkan dirinya hingga saling curiga antar sesama. Kemudian yang terjadi berikutnya mereka membentuk kelompoknya masing-masing untuk menindas kelompok lain yang lemah. Tikus  jantan dewasa menyerang betina dan tikus muda, bukan hanya itu para tikus jantan juga agresif dalam berhubungan seksual sehingga para tikus betina merasa stres akibat ulah pejantan, selanjutnya para tikus betina yang tertekan justru membunuh anak-anaknya sebagai pelampiasan. Semesta tikus kini dalam ancaman kehancuran.

(Gambaran tempat tinggal para tikus)

Kehancuran surga tikus tidak berhenti disitu, karena lingkungan yang kacau balau membuat ada sebagian kelompok tikus yang menarik diri dari huru-hara dengan berdiam diri hanya untuk tidur, makan, minum, merawat diri namun menolak untuk berhubungan seksual. Sehingga kejadian berikutnya yang terjadi adalah ketimpangan orientasi seksual,tikus mulai menyukai sesama jenis. Ya benar, para tikus menjadi LGBT.

Pada hari ke- 560 setelah dimulainya penelitian, populasi tikus turun drastis karena praktik kekerasan, pembunuhan, kanibalisme serta menurunnya proses berkembang biak karena berhubungan sesama jenis. Secara periode surga para tikus kiamat pada hari  ke- 1780 atau empat tahun setelah penelitian dimulai, semua tikus tewas tidak tersisa sama sekali.

Calhoun mengulang eksperimennya tersebut sebanyak 25 kali (hal inilah yang membuat penelitiannya dikenal sebagai Universe 25) untuk menemukan jawaban yang berbeda-beda, namun pada akhirnya penelitian ini berujung pada satu pola dan kesimpulan yang sama, tikus itu tetap saling membunuh, kanibalisme, menyukai sesama jenis lalu musnah dengan sendirinya. Atas penelitiannya ini lalu dikembangkanlah sebuah teori psikologi yang bernama “The Behavioral Sink”. Teori ini menyatakan bahwa evolusi akan memberi hewan (mungkin juga termasuk manusia) sebuah tombol penghancur bawaan yang akan mencegah terjadinya ledakan populasi.

***

Akhir dari eksperimen Colhoun membuat kita tercengang, ko bisa ya padahal semua kebutuhan hidup sudah tepenuhi tanpa usaha apapun semuanya telah disediakan gratis. Justru hal ini jika terjadi pada manusia yang hidup didunia bisa jadi mereka akan mengalami seperti apa yang tikus rasakan saat itu. Hawa nafsu itu tidak ada batasnya yang mampu membatasi hawa nafsu adalah hanya kematian, kematian dirinya sendiri. (Penulis: Ikfini Vidi)

No comments

Powered by Blogger.