PUBG Berbahayakah? Sebuah Analisis Kehidupan Kita Sehari-hari


PlayerUnknown's Battlegrounds atau biasa kita kenal dengan PUBG merupakan salah satu game online yang sedang digandrungi oleh kalangan muda-mudi didunia, game ini pertama kali dirilis pada bulan Maret  2017 oleh PUBG Corporation. Sejak peluncuranya pertama kali, game yang bergenre battle royal ini mendapat sambutan baik di seluruh dunia bahkan kurang dari setahun para pemain game online versi Pc PUBG telah mengalahkan game legendaris Dota 2 yang terlebih dahulu diluncurkan diwaktu yang sama.


Setahun kemudian Tencent, sebuah perusahaan teknologi asal negara tirai bambu membuat game PUBG secara mobile (Versi androind). Sontak saja hal ini disambut gayung bak air oleh para pencinta game tembak-tembakan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat juga, PUBG berhasil merekrut jumlah pemain hingga 400 juta pemain! Sebuah angka yang fantastis.

Demam Pabji (Sebutan dari PUBG) tentu saja merambah ke Indonesia,dari anak-anak hingga orang dewasa keranjingan game ini. Kita pasti mudah menemukan sekolompok anak-anak sedang mabar diberbagai perkumpulan dan tempat nongkrong, hal ini bukan hanya terjadi dikota besar saja, tapi sudah merambah ke pelosok desa.

Fenoma tersebut wajar diera globalisasi, PUBG bukan satu-satunya game yang mampu menyihir pemainya, selain itu masih ada Mobile Legends, Act of Valor, Free Fire, Call of Duty Mobile dan lain sebagainya. Game-game online telah mempengaruhi kehidupan manusia, terutama para anak-anak dan remaja yang perlahan mulai antipati dengan lingkungan disekitarnya.

Jumat, 15 Maret 2019 menjadi hari kelabu bagi umat Islam di seluruh dunia, sediktinya 50 orang tewas and 20 orang terluka. Terjadi sebuah tragedi kemanusiaan yang menimpa umat muslim di Selandia Baru. Para pelaku penembakan disebut-sebut  terinspirasi oleh game PUBG –Pada akirnya fakta dilapangan berbeda- maka munculah reaksi dari Majlis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa haram bermain PUBG. Namun, pada akhirnya rencana fatwa tersebut dibatalkan.

Permasalah sosial yang tejadi pasca meledaknya game PUBG adalah sama seperti kecanduan game-game lainnya seperti:
  1.   Anak-anak yang menghabiskan waktunya untuk bermain game cenderung tidak bisa      mengendalikan emosinya
  2.  Mengisolasi dari kehidupan bermasyarakat, dimana pantasnya seorang anak-anak ataupun remaja baiknya banyak membuang waktu diluar rumah untuk bersosialisasi
  3.  Mengabaikan realitas kehidupan yang berjalan
  4. Membuang waktu dan materi secara sia-sia
Ditilik dari manapun bermain game sebenarnya memiliki hal positif bagi pemainya semisal meredam rasa stres, meningkatkan saraf motorik dan lain-lain. Namun hal positif itu berubah menjadi hantu yang menakutkan ketika seseorang telah masuk ke taraf kecanduan game. Bahkan WHO sendiri telah mengkategorikan  bahwa kecanduan game merupakan salah satu penyakit gangguan mental.
Kembali ke pembahasan Pabji, akhir-akhir ini juga publik diributkan dengan fatwa MUI Aceh mengharamkan seseorang bermain game Pabji. Pabji, dianggap membawa kemudhorotan bagi para pemainya. Tentu hal ini ditentang para pemain PUBG Aceh, meskipun dalam skala lebih tinggi fatwa MUI hanya sebuah anjuran bukan ikatan.

Kesimpulan untuk menutup tulisan ini adalah, setiap game baik PUBG ataupun yang lain memiliki sisi negatif dan positif. Peran orang tua, keluarga serta kawan-kawan bisa merubah seseorang yang telah kecanduan bermain game. Bermain game ketika mengabaikan keluarga, pendidikan dan kerjaan malah menjerumuskan orang pada satu jalan hidup yang tidak sehat, game dibuat untuk sekedar hiburan bukanlah tempat yang cocok untuk melampiaskan permasalahan hidup yang ada, hidup yang sehat adalah dengan menjalani realitas yang dihadapi karena globaliasasi menuntuk manusia untuk melakukan hal itu. (Ikfini)

Reaksi:

Post a Comment

0 Comments