Pesona Gunung Tampomas menjadi
daya tarik sendiri bagi warga Sumedang dan sekitarnya, salah satu keunikan
Gunung Tampomas adalah adanya peninggalan situs purbakala berupa batu menhir
dan juga petilasan peninggalan kerajaan Pajajaran Lama. Namun akhir-akhir ini
pesona Gunung Tampomas memudar.
Perjalanan kami dari Indramayu
menuju Tampomas melewati jalur Jangga-Cikamurang-Narimbang. Sepanjang
perjalanan mata kita akan dimanjakan dengan adanya perkebunan eukaliptus dan perkebunan
pohon jati. Selain itu jika kita sudah
masuk dalam jalur Sanca Narimbang kita harus berhati-hati, karena akses
jalannya masih sangat buruk.
Sesampainya di Narimbang, maka
kita akan diarahkan menuju desa
Conggeang, ketika memasuki desa ini kita disambut dengan perkebunan salak.
Warga Conggeang terkenal hangat dan ramah, bagi orang yang pertama kali kesini
pasti akan betah.
Tiket masuk untuk muncak sangat murah, hanya
butuh biaya Rp. 10.000 anda bisa naik gunung ataupun menikmati keindahan Curug
Ciputrawangi. Karena waktu itu kami mulai naik gunung malam hari kami tidak
bisa menikmati segarnya air Curug Ciputrawangi. Perjalanan kami di mulai pukul
18.43 WIB, Pos dua Abah Udin merupakan tujuan kami selanjutnya.
***
“Sekarang teh
lagi sepi, gara-gara peristiwa kemarin belum ada yang muncak lagi” keluh
Abah Udin.
Kala itu merupakan pertemuan ke
21 kali saya bersama beliau, Abah Udin merupakan salah satu kuncen Tampomas.
Ya, jika kalian naik gunung via
Narimbang maka kalian pasti bakal
bertemu pria paruh baya berambut ikal itu di pos dua. Beliau satu-satunya manusia
yang tinggal di tengah-tengah Gunung Tampomas.
“Kula yakin mereka mati bukan karena
Hipotermia, karena di sini cuaca dinginya tidak seberapa, media masa mengatakan mereka
meninggal karena kedinginan tapi bukan itu penyebab utamanya” terang Abah.
Tampomas memiliki sejarah
panjang, sebagai salah satu gunung berapi diJawa Barat tentunya alam Tampomas
menghadirkan keindahan tersendiri, kaki Tampomas memiliki banyak sumber air
panas yang di manfaatkan sebagai objek wisata, selain itu juga terdapat air
terjun Curug Ciputrawangi sebagai destinasi wisata lain yang cukup terkenal,
karena keindahan dan keunikan itulah banyak pendaki datang dari penjuru
Indonesia.
“Terus
mereka meninggal karena apa bah?” tanyaku heran.
“Sepertinya
mereka mengkonsumi obat-obatan kemudian overdosis” jawab Pria bertubuh kekar
itu.
Minggu, 03 Maret 2019 merubah wajah Tampomas yang ramah tamah
menjadi kengerian yang nyata, satu hari sebelumnya Ferdi, Lucky dan Agip naik puncak
Tampomas dengan membawa peralatan
seadanya, mereka naik via Narimbang kemudian mendirikan tenda di pos
empat. Namun sayang, hujan deras tiba-tiba turun mengguyur dengan hebat, dan
hari mulai gelap. Kekalutan mulai terjadi ketika tenda yang mereka dirikan
tidak kuat menahan arus derasnya hujan, hingga beberapa jam kemudian mereka
bertiga ditemukan meninggal oleh para pendaki dari Bekasi yang turun. Ferdi,
Lucky dan Agip ditemukan mati meringkuk, tenda yang mereka tinggali roboh
menutupi tubuh mereka yang malang itu. Tampomas berduka.
Ketiga Korban yang masih tertutup tenda |
“Iya
ya bah, saya bersama teman-teman sudah lebih dari 21 kali naik turun Tampomas,
Alhamdulillah tidak pernah terjadi hal buruk apalagi sampai meninggal kaya
mereka. Ngeri euy” Saya menimbali
jawaban abah beruaha memecah situasi.
Hari mulai padam, keindahan
Tampomas terlihat sangat jelas dari gubug abah yang kami singgahi. Tenda kami
dirikan api unggun kami nyalakan, lalu berdoa kepada Tuhan merupakan kewajiban
yang tidak boleh ditinggalkan, kami bersitirahat untuk melanjutkan perjalanan
esok yang panjang.
Mentari mengintip dari sela-sela
pohon pinus yang berjejer, hangatnya sang surya melecutkan semangat kami untuk bisa
melihatnya lebih dekat diatas puncak Tampomas. Setelah berpamitan dengan abah,
kami melanjutkan perjalanan, eksotisme keindahan hutan Tampomas berada diatas
pos dua. Lebatnya hutan asri Tampomas bisa kalian rasakan, sesekali jika beruntung
kalian akan melihat fauna khas berupa monyet atau babi hutan yang berseliweran,
belum lagi suara burung mampu memanjakan telinga disetiap perjalanan. Jika
kalian sampai pos tiga Batu Kukus, maka kalian bisa melihat dengan gamblang
batu menhir peninggalan purbakala, namun keindahan menhir tersebut dinodai
dengan beragam coretan tangan jahil manusia.
Dan sampailah kami di pos empat,
lokasi dimana ketiga remaja tadi meninggal dunia. Aroma mistis masih kental terasa,
kami memanjatka doa supaya arwah mereka di terima disisi_Nya dan tidak akan
terulang kembali kejadian serupa. Perjalanan sampai di puncak Tampomas tidak
mengalami kendala apapun, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan memang
mengasikan. Satu hal yang kami dapatkan dari perjalanan kali ini adalah untuk
menikmati keindahan Tuhan, mengikuti apa yang Dia perintahkan justru membuat
semua tentang_Nya semakin indah.
“Tampomas, atas semua yang
terjadi pesona indahmu masih sama seperti dahulu” Gumamku dalam hati.
Hari mulai redup, dalam tenangnya
api unggun yang membara kami berharap semoga perjalanan pulang kami akan
baik-baik saja.(Ikfini)
0 Comments