Bagi pengguna lama Telegram fitur
ini tidak asing terdengar, fitur bot anonim merupakan sarana menyediakan
obrolan secara random dengan siapapun dengan nama pengguna yang disamarkan. Kita bisa
ngobrol dengan orang secara acak dimana kita harus pintar-pintar memilih orang yang
cocok dengan kita inginkan, Kalo boleh dikata fitur ini seperti mencari sahabat pena.
Fitur anonymous bot tergantung penggunanya, makanya tidak heran dalam fitur ini kita bakalan menemukan beragam macam orang semisal orang gabut, berkeluh kesah, seru-seruan aja, bahkan orang mesum, gay, lesbian, prostitusi online juga ada disitu. Disinilah peran pengguna sangat penting tergantung tujuan ia menggunakan fitur tersebut.
Ini tipe orang gabut tapi bisa jadi teman seru-seruan |
Dilakukan oleh sindikat orang mesum |
Mencari teman mabar tapi tidak se frekuensi |
ketemu dengan orang pelangi |
Tempat berkeluh kesah |
Melihat beberapa screenshot ini bagi yang belum tahu
pasti kaget, tapi inilah realita kehidupan masyarakat kita yang sedang sakit. Ada
pekerjaan besar kita sebagai masyarakat yang memiliki moral, etika dan
pendidikan tinggi bertanggung jawab untuk masuk dalam ruang lingkup itu guna
menyelipkan orang baik disana, itupun yang penulis lakukan lalu memutuskan menerbitkan
tulisan ini.
Mayoritas pengguna bot anonim adalah
remaja labil yang mencari kesenangan, pelampiasan hingga berkeluh kesah secara
instan. Selain remaja yang kesepian secara
mental karena lingkungannya, banyak juga orang dewasa menggunaan fitur ini sebagai stranger mempermainkan anak remaja labil
untuk memenuhi hasrat seksualnya. Ini yang mesti kita cegah bersama tergantung
peran dakwah masing-masing dari kita.
Sebagai penutup, medsos yang kita
gunakan memberikan mudhorot dan manfaat tergantung si pengguna. Andai saja
Mich*t tidak digunakan sebagai aplikasi yang lumrah mencari jasa prostitusi
online tentu saja ketika ada orang mendowloadnya dia tidak dicap sebagai orang
yang suka “jajan”, begitupula dengan bot anonim. Jika kita tidak masuk di
dalamnya mereka tidak bisa meraih cahaya Tuhan yang hilang dalam jiwanya. (Penulis:
Ikfini Vidi)
0 Comments