Sehari setelah pulang dari pesantren kadang perasaan bingung menggelayut
begitu saja, banyak benak dalam pikiran masih menggantung. Teringat hal pertama
kali ketika penulis lakukan ketika pulang dari pesantren pada tahun 2015 adalah
penulis memutuskan untuk mengambil profesi sebagai marbot mushola di Tambun,
Bekasi. Ternyata dalam menjalani fase tersebut penulis tidak kerasan dan
akhirnya penulis diajak untuk berpindah profesi menjadi staf operasional di
perusahaan jasa ekspor-import sparepart mesin pabrik di Jakarta, mulai dari
situlah penulis mendapatkan beragam profesi dan pengalaman secara sudut pandang
yang luas.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang mengajarkan paket lengkap
dalam mempelajari semua ilmu, baik ilmu tentang agama Islam, khazanah nusantara
dan lain sebagainya. Didalamnya kita bukan hanya belajar ilmu fiqih, kita juga
dibekali beragam ilmu yang dibutuhkan masyarakat semisal doa tahlil, yasinan,
hadiyuan bahkan doa untuk menyembuhkan orang sakit juga pun ada.
Selain ilmu-ilmu diatas penulis juga salah satu santri yang dibekali life
skill, pesantren mengajarkan para santrinya agar dapat menyeimbangkan disiplin
ilmu dunia dan akherat. Namun porsi ini tidak sebanyak ilmu agama yang
diberikan.
Kembali dalam pembahasan, ketika pulang dari rumah sering kali para alumni
merasa kebingungan untuk menentukan pilihan jalan hidup mereka. Kebingungan ini
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun yang paling sering dirasakan siapapun
dan kapanpun bagi orang yang baru lulus dari jenjang pendidikan adalah memulai
karir dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Di era sengitnya kompetisi antar manusia diseluruh dunia, dan lowongan
pekerjaan yang sedikit tentu hal ini sering kali menciutkan mental-mental santri
‘fresh graduate’. Untuk meminimalisir kena mental tersebut penulis sharing
beberapa tips yang bisa membantu alumnus pesantren yang masih bingung memulai
karirnya ketika ia pulang dari mondok.
Meminta Saran dari Pengasuh
Cara yang paling ampuh adalah dengan meminta saran dan solusi langsung
kepada pengasuh kita, guru adalah orang yang paling mengerti tentang kemampuan
kita ketika masih mesantren. Jika kita merasa berat untuk meminta atau kita
sudah memiliki pilihan tertentu cobalah beri tahu guru kita secara bahasa halus
dan sopan, Insya Allah tidak ada satupun dari Kiai kita yang memberikan jalan
tidak baik untuk para santrinya.
Jangan Dulu Pulang, Khidmahlah!
Kunci kesuksesan para santri ketika pulang kerumah adalah dengan khidmah, dengan khidmah maka secara tidak langsung kita mendapatkan life skill sesuai kemampuan kita. Tidak ada satupun kesuksesan santri secara ilmu dan materi yang ia dapatkan tanpa pernah khidmah, contoh sederhana adalah santri yang dulu berkhdimah sebagai penjaga warung maka ia telah dibekali sebagai calon wirausahawan, santri yang berkhidmah sebagai ustadz maka secara langsung ia telah belajar menjadi calon guru kelak.
Jangan Puas dengan Ilmu
Santri sangat hafal betul dengan hadist “Barang siapa ingin memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh
kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat harus dengan ilmu” . Hadist ini harus
menjadi pegangan mutlak santri baik setelah pulang atau masih dalam pesantren,
dengan ilmu apapun kemauan kita terpenuhi. Ketika kita sudah bisa dengan ilmu
nahwu, cobalah untuk belajar ilmu berwirausaha dan jangan ada fanatik keduanya
karena keseimbangan dibutuhkan dalam hidup didunia dan akherat, dan jangan
lupakan untuk menderes ilmu yang kita telah pelajari secara istiqomah.
Mendapatkan Ridho dan Doa dari Pengasuh
Semua yang kita lakukan ketika masih dalam pesantren atau pulang intinya
adalah mendapatkan Ridho dan doa dari pengasuh, tanpa keduanya apa yang kita
lakukan terasa sia-sia. Cara mendapatkan keduanya adalah dengan menyenangkan
hatinya, menaati apa yang beliau dikatakan, dan juga menjaga akhlak dan adab
ketika bertemu dengan beliau. Inilah kunci dari semua kunci terbukanya semua ilmu
yang kita pelajari ketika masih dipesantren sesuai nasehat yang penulis dapat dari
KH. Azka Hammam Syaerozie yakni “Terbukanya ilmu itu bukan sebab mesantren
lama, akan tetapi karena ridonya guru”
Jangan Tinggalkan Ngaji
Ilmu yang kita pelajari dipesantren jangan ditinggalkan begitu saja,
seorang santri memiliki tanggung jawab intelektual atas ilmu yang dia pelajari
dipesantren. Bentuk tanggung jawab itu adalah dengan mengamalkan ilmu-ilmu yang
ia pelajari, baik untuk dirinya, keluarganya atau masyarakat luas. Profesi
apapun yang kita peroleh setelah pulang dari pesantren intinya jangan sampai tinggalkan
ngaji.
Selain beberapa saran yang penulis berikan, seyogyanya Santri Kudu
Kendel Ning Bae Tempate dan Santri Kudu Duweni Kesibukan Supaya Aja Thoma
sekiranya ini menjadi pegangan hidup ketika kita pulang bermasyarakat kelak. (Penulis: Ikfini Vidi)
0 Comments