Apa yang Kita Lakukan Sehari Setelah Menikah?

 

Bunga cinta bermekaran dalam pernikahan, keindahan duduk dikursi pelaminan membuat siapa saja terbuai, keindahan tersebut pada akhirnya akan memudar seiring berjalannya waktu pasca pernikahan. Banyak dari pasangan muda-mudi merasa bingung menjalani fase pasca pernikahan, kekhawatiran dan ketakutan itu kadang muncul kembali disela-sela kebahagiaan berbulan madu bersama pasangan.



Ketakutan dan kekhawatiran ini beragam, namun untuk memudahkan kita mengindentifikasikan serta menemukan solusinya penulis paparkan strategi berikut agar keindahan cinta pasca menikah tidak langsung memuai begitu cepat.

Mulailah Atur Kebutuhan Finansial

Manusia memiliki ragam kebutuhan yang banyak mulai dari segi primer maupun sekunder, hal ini tidak bisa dielakan dalam segi apapun, makanya wajar adalah istilah “Menikah tidak cukup dengan modal cinta saja” adalah benar adanya.

Sehari setelah menikah, uang hasil amplop masih melimpah jangan sampai kita dibutakan untuk menghambur-hamburkan uang tersebut untuk kesenangaan sesaat. Aturlah uang tersebut sepintar mungkin, tentukan prioitas semisal untuk modal usaha atau investasi. Selain untuk keduanya atur juga untuk membayar hutang masing-masing dari pasangan, fungsinya adalah untuk kestabilan ekonomi keluarga kedepan.

Setelah menaruh uang amplop sebagai modal usaha, investasi dan juga bayar hutang, mulailah sisakan uang tersebut untuk membelanjakan pada prioritas kebutuhan berkeluarga, semisal membeli perabot rumah tangga, sembako dan service kendaraan untuk kerja.

Jika masih menyisa sedikit, maka itu bisa dimanfaatkan untuk bulan madu, cukup plesiran wara-wiri ke tempat wisata terdekat menyesuaikan dengan budget. Tidak mesti wah, asal sudah besua berdua itu juga cukup.

Sehabis membagi uang amplop, cobalah untuk menghitung kebutuhan harian, mingguan hingga bulanan tergantung sumber penghasilan kita. Hal paling inti dari menghitung kebutuhan ini adalah menyatukan masing-masing kebutuhan kita dengan pasangan kita, selain itu kebutuhan uang dapur, uang jajan, uang operasional kerja, uang modal usaha dan btt. Hitung-menghitung ini sebagai bahan mengukur kemampuan finansial kita dalam berkeluarga, dan jangan lupa tentukan siapa yang bakal menjadi  kepala keuangan, ini bisa jadi tugas sang suami ataupun istri terserah kesepakatan berdua saja.

Menentukan Tempat Tinggal

Kehidupan pasca menikah adalah belajar hidup mandiri bersama pasangan, tapi tidak semuanya orang langsung bisa hidup mandiri terkadang untuk beberapa saat kita masih bergantung pada orang tua atau mertua. Kehidupan yang masih sangat bergantung ini tentu tidak mengenakan salah satu pihak baik dari suami ataupun istri, maka masing-masing dari pasangan harus berdiskusi panjang mengenai tempat tinggal, menimbang-nimbang resiko dan tanggung jawab suami maupun istri. Misalkan, ketika suami hidup dalam kontrakan yang dekat dengan tempat kerjanya apa salahnya istri untuk ikut suami hidup dalam kontrakan berdua. Namun, jika sebaliknya jika sang istri meminta suami untuk tinggal bersamanya karena istrinya merawat ibunya yang sakit-sakitan, apa salahnya juga mencoba juga. Maka dari itu, menentukan tempat tinggal setelah menikah adalah satu dari poin yang harus selesai dibahas sampai akarnya.

Jika memutuskan untuk tinggal bersama mertua ataupun keluarga, maka yang mesti dilakukan adalah berusaha memisahkan segalanya. Contoh sederhana adalah tidak mencampur pakaian kotor bersama keluarga atau mertua, menggunakan alat masak sendiri hingga ikut patungan bayar listrik dan air setiap bulan ketika masih tinggal bersama.

Mengatur Keturunan

Jangan sampai lupakan ini, bahas langsung dengan pasangan apakah ingin mendapatkan keturunan secara cepat atau menunda nanti. Kehadiran si jabang bayi dalam keluarga bakalan merubah segalanya, karena otomatis masing-masing pasangan akan sibuk pada anaknya, selain itu kebutuhan juga meningkat seiring pertumbuhan sang buah hati.

Jangan Halangi Karir Pasangan

Baik sebelum atau sesudah menikah masing-masing suami atau istri harus mendukung karir pasanganya demi kelancaran rejeki dan keuangan. Namun, baiknya suami maupun istri harus tahu kapan menekan tuas rem dan gas dalam waktu yang tepat. Terkadang dengan membebaskan karir pasangan justru melupakan arti penting sebuah pernikahan.

Mengatakan Kekurangan Diri

Wajarlah jika sudah menikah cela dalam diri kita terlihat jelas karena pasangan kita adalah satu-satunya orang yang dekat dengan kita dalam segala hal. Kekurangan diri kita tidak boleh ditutupi rapat, ekspresikan saja dengan bahasa khas diri kita. Tentu hal yang wajar jika pasangan kita mulanya kurang menerima kekurangan kita, seiring berjalannya waktu kekurangan itu merupakan bumbu penyedap dalam rumah tangga, tugas kita adalah melengkapi cela itu dengan kelebihan yang kita miliki.

Tujuan menikah mendapatkan sakinah, mawaddah dan warahmah. Ketiga elemen ini sangat sulit diperoleh tanpa usaha dari diri pasangan, cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan karena didalamnya harus ada pengorbanan, kesetiaan kasih sayang sepanjang masa, apapun kekurangan atau kelebihan dia toh dia adalah pasanganmu. (Penulis: Ikfini Vidi)

Reaksi:

Post a Comment

1 Comments