Bunga cinta bermekaran dalam pernikahan, keindahan duduk dikursi pelaminan
membuat siapa saja terbuai, keindahan tersebut pada akhirnya akan memudar
seiring berjalannya waktu pasca pernikahan. Banyak dari pasangan muda-mudi
merasa bingung menjalani fase pasca pernikahan, kekhawatiran dan ketakutan itu kadang
muncul kembali disela-sela kebahagiaan berbulan madu bersama pasangan.
Mulailah Atur Kebutuhan Finansial
Manusia memiliki ragam kebutuhan yang banyak mulai dari segi primer maupun
sekunder, hal ini tidak bisa dielakan dalam segi apapun, makanya wajar adalah
istilah “Menikah tidak cukup dengan modal cinta saja” adalah benar
adanya.
Sehari setelah menikah, uang hasil amplop masih melimpah jangan sampai kita
dibutakan untuk menghambur-hamburkan uang tersebut untuk kesenangaan sesaat. Aturlah
uang tersebut sepintar mungkin, tentukan prioitas semisal untuk modal usaha
atau investasi. Selain untuk keduanya atur juga untuk membayar hutang
masing-masing dari pasangan, fungsinya adalah untuk kestabilan ekonomi keluarga
kedepan.
Setelah menaruh uang amplop sebagai modal usaha, investasi dan juga bayar
hutang, mulailah sisakan uang tersebut untuk membelanjakan pada prioritas
kebutuhan berkeluarga, semisal membeli perabot rumah tangga, sembako dan
service kendaraan untuk kerja.
Jika masih menyisa sedikit, maka itu bisa dimanfaatkan untuk bulan madu,
cukup plesiran wara-wiri ke tempat wisata terdekat menyesuaikan dengan budget. Tidak
mesti wah, asal sudah besua berdua itu juga cukup.
Sehabis membagi uang amplop, cobalah untuk menghitung kebutuhan harian,
mingguan hingga bulanan tergantung sumber penghasilan kita. Hal paling inti
dari menghitung kebutuhan ini adalah menyatukan masing-masing kebutuhan kita
dengan pasangan kita, selain itu kebutuhan uang dapur, uang jajan, uang
operasional kerja, uang modal usaha dan btt. Hitung-menghitung ini sebagai
bahan mengukur kemampuan finansial kita dalam berkeluarga, dan jangan lupa tentukan
siapa yang bakal menjadi kepala keuangan,
ini bisa jadi tugas sang suami ataupun istri terserah kesepakatan berdua saja.
Menentukan Tempat Tinggal
Kehidupan pasca menikah adalah belajar hidup mandiri bersama pasangan, tapi
tidak semuanya orang langsung bisa hidup mandiri terkadang untuk beberapa saat
kita masih bergantung pada orang tua atau mertua. Kehidupan yang masih sangat
bergantung ini tentu tidak mengenakan salah satu pihak baik dari suami ataupun
istri, maka masing-masing dari pasangan harus berdiskusi panjang mengenai
tempat tinggal, menimbang-nimbang resiko dan tanggung jawab suami maupun istri.
Misalkan, ketika suami hidup dalam kontrakan yang dekat dengan tempat kerjanya
apa salahnya istri untuk ikut suami hidup dalam kontrakan berdua. Namun, jika sebaliknya
jika sang istri meminta suami untuk tinggal bersamanya karena istrinya merawat
ibunya yang sakit-sakitan, apa salahnya juga mencoba juga. Maka dari itu,
menentukan tempat tinggal setelah menikah adalah satu dari poin yang harus
selesai dibahas sampai akarnya.
Jika memutuskan untuk tinggal bersama mertua ataupun keluarga, maka yang
mesti dilakukan adalah berusaha memisahkan segalanya. Contoh sederhana adalah
tidak mencampur pakaian kotor bersama keluarga atau mertua, menggunakan alat
masak sendiri hingga ikut patungan bayar listrik dan air setiap bulan ketika
masih tinggal bersama.
Mengatur Keturunan
Jangan sampai lupakan ini, bahas langsung dengan pasangan apakah ingin
mendapatkan keturunan secara cepat atau menunda nanti. Kehadiran si jabang bayi
dalam keluarga bakalan merubah segalanya, karena otomatis masing-masing
pasangan akan sibuk pada anaknya, selain itu kebutuhan juga meningkat seiring pertumbuhan
sang buah hati.
Jangan Halangi Karir Pasangan
Baik sebelum atau sesudah menikah masing-masing suami atau istri harus mendukung
karir pasanganya demi kelancaran rejeki dan keuangan. Namun, baiknya suami
maupun istri harus tahu kapan menekan tuas rem dan gas dalam waktu yang tepat. Terkadang
dengan membebaskan karir pasangan justru melupakan arti penting sebuah
pernikahan.
Mengatakan Kekurangan Diri
Wajarlah jika sudah menikah cela dalam diri kita terlihat jelas karena pasangan kita adalah satu-satunya orang yang dekat dengan kita dalam segala hal. Kekurangan diri kita tidak boleh ditutupi rapat, ekspresikan saja dengan bahasa khas diri kita. Tentu hal yang wajar jika pasangan kita mulanya kurang menerima kekurangan kita, seiring berjalannya waktu kekurangan itu merupakan bumbu penyedap dalam rumah tangga, tugas kita adalah melengkapi cela itu dengan kelebihan yang kita miliki.
Tujuan menikah mendapatkan sakinah, mawaddah dan warahmah. Ketiga elemen
ini sangat sulit diperoleh tanpa usaha dari diri pasangan, cinta saja tidak
cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan karena didalamnya harus ada
pengorbanan, kesetiaan kasih sayang sepanjang masa, apapun kekurangan atau
kelebihan dia toh dia adalah pasanganmu. (Penulis: Ikfini Vidi)
1 Comments
Mantap min
ReplyDelete