Menikah Itu (Tidak) Mudah

Pasca lebaran berbondong-bondong undangan hajatan hadir, saya sendiri salah satu orang yang dipusingkan dengan banyaknya undangan ini. Terutama undangan pernikahan yang membuat kepala lebih cenat-cenut, tentu karena pertanyaan ini akan muncul

“Kapan kamu nyusul?”

“Udah tua ngga malu sama usia?”

“Dia udah nunggu tuh, kamu leha-leha aja”

Dan masih banyak pertanyaan lain yang berseliweran lagi.

Usia saya memang  sudah matang untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, namun tolak ukur untuk menikah bukanlah usia atau umur, tapi beragam faktor yang lebih banyak lagi. Faktor-faktor yang lebih banyak lagi ini juga tidak menghalangi seseorang untuk melangkah kedalam bahtera rumah tangga.




Menikah Itu Tidak Mudah

Mayoritas orang yang telah lama menikah sepakat dengan kata ini, bahwa tidak ada pernikahan yang berjalan dengan mulus tanpa halangan apapun, menikah adalah fase dimana kita diuji dengan beragam macam cobaan yang tiada henti yang belum kita rasakan ketika kita masih sendiri.

Kita yang belum menikah juga sepakat bahwa menikah itu mudah karena kita hanya berfikir sampai kita menikahi pasangan kita masing-masing, dan dari situlah kita tahu bahwa menikah itu mudah. Ya, hanya sebatas acara pernikahan saja, sehari menjadi raja dan ratu pelaminan saja hehe.

Dinamika pasca pernikahan jauh lebih rumit, lebih sulit dan itulah mengapa faktor yang paling kuat dari tolak ukur menikah bukanlah umur tapi kesiapan mental dari masing-masing pasangan. Coba renungkan dulu kira-kira mental kita akan kuat jika menerima realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan.

Menikah Itu Mudah (dengan syarat dan ketentuan berlaku)

Stereotip yang berkembang dimasyarakat adalah ketika seseorang telah melewati fase umur tertentu dalam adat masyarakat maka dia haruslah memiliki pasangan, jika belum mendapatkan pasangan ia dianggap sebelah mata dengan beragam stigma negatif.

Kita harus berkaca diri sebelum beranjak pada jenjang fase yang tidak mudah ini, ada beberapa indikator bahwa kita sudah siap untuk berumah tangga, diantaranya adalah:

1. Memiliki Mental yang Matang

Sikap dan kebiasaan kita ketika masih muda harus segara dibuang atau dikurangi setelah menikah, ambil contoh sederhana jika ketika belum menikah membuang-buang duit dengan top up game dan suka wara-wiri buat update Instagram kita, mulailah hal ini dikaji ulang bahkan harus segera dibuang.

Lain lagi dengan sikap mental kekanak-kanakan kita yang masih dipelihara semisal segala macam apapun yang kita inginkan harus segera dituruti, mudah ngambekan, tidak terbuka dalam berkomunikasi, dan sikap-sikap lain seperti ini harus segera dibuang.

Selain itu untuk menyikapi beragam dinamika dan cobaan yang ada kekuatan untuk sabar, ikhlas dan tawakal adalah bekal penting untuk mempertahankan sebuah rumah tangga. 

2. Bertanggung Jawab 

Sikap ini harus ada pada pasangan dengan memperhatikan peran dan tugas masing-masing. Sikap tanggung jawab bukan hanya milik kepala keluarga, ibu juga statsunya sama. Bisa dibayangkan jika ada diantara pasangan kita tidak bertanggung jawab maka yang terjadi adalah ketimpangan dan berakhir tidak baik.

3. Memiliki Ketahanan Ekonomi

Ketahanan ekonomi adalah hal penting, secara sederhana ketahanan ekomi adalah kekuatan ekonomi jangka panjang, ketahanan ekonomi tidak selalu berkaitan dengan kemapana seseorang. Banyak orang yang takut melangkah karena alasan belum mapan, kemapanan selalu dibayangkan dengan materalisme semisal sudah memiliki rumah sendiri, mobil sendiri dan usaha sendiri. Padahal esensi dari semua itu adalah seberapa siapkah kita memiliki pemasukan yang mampu mempertahankan dan mencukupi kehidupan kita sehari-hari.

4. Memiliki Pemahaman dan Pengetahuan Agama yang Cukup

Sakinah, mawaddah dan warohmah tidak bisa diraih tanpa memiliki bekal pemahamanan dan pengetahuan agama yang cukup. Dengan memiliki bekal tersebut apa yang diharapkan dari sebuah pernikahan tercapai, tujuan dari pernikahan adalah bahagia dunia akherat, untuk mencapai keduanya ilmu-ilmu agama yang dipelajari harus dilaksanakan bersama dengan pasangan.

Kesimpulan yang diambil adalah menikah dibutuhkan beragam kesiapan yang tidak mudah, karena keputusan untuk menikahi seseorang adalah kita akan bertanggung jawab pada diri kita, pasangan kita dan juga keluarga kita selamanya selagi pernikahan itu mampu bertahan seumur hidup. Adapun slogan-slogan bahwa menikah mudah itu memang benar adanya jika semua persiapan yang dijabarkan sudah ada pada diri kita, jika belum ada sama sekali jangan berharap untuk segera menikah tanpa dasar-dasar yang kuat. Menikahi seseorang karena cinta hanya bertahan sebentar, maka bersiaplah untuk menikahi dia seutuhnya tanpa tapi. Sekian semoga bermanfaat.. (Penulis: Ikfini Vidi)*

*Sementara itu penulis sedang mempersiapkan mental untuk menikah juga wkwkw doakan gaes 


Reaksi:

Post a Comment

2 Comments

  1. Semoga di Paringin lancar dan sukses selalu buat penulis
    # gage nyusul kang ik
    # lulus kuliah dadi pengantin

    ReplyDelete
  2. Ahaha Aamiin... siap siap makasih doanya

    ReplyDelete