Bukan namanya pesta demokrasi
jika tidak banyak memainkan drama, apalagi ini merupakan pemilihan kepala desa
atau kuwu. Pilwu selalu dikenal sebagai kontestasi politik paling panas dibandingkan
dengan semua pemilu yang pernah ada.
Ancang-ancang menjadi seorang
kuwu tidak mudah, karena untuk menjadi kepala desa kita harus bermain start
lebih awalan agar bisa mendapat simpati masyarakat yang dalam. Umumnya ada
beberapa cara yang dilakukan seseorang yang mau menjadi calon kuwu yaitu:
Pertama, aktif bersosialiasi. Baik
dalam dunia nyata atau media sosial, keduanya wajib dilakukan pertama kali
terutama bagi calon kuwu baru ataupun petahana. Wajar jika seseorang yang ingin
menjadi calon kuwu aktif hadir dalam beragam kegiatan sosial semacam kerja
bakti, hajatan, tahlilan bahkan juga terkadang calwu membuat kegiatan bakti sosial
santunan anak yatim, bansos kaum fakir dst. Dalam situasi lain media sosial bereperan
sangat penting untuk digerakan untuk menjangkau medium pencitraan yang lebih
jauh, tentu dengan tujuan menciptakan menarik hati masyarakat untuk memilih
dirinya.
Kedua, menawarkan visi dan misi.
Langkah selanjutnya adalah menjajakan visi dan misi atau bahasa mudahnya ‘perubahan’.
Masyarakat ditawarkan beragam program yang bisa meningkatkan taraf perbaikan
baik secara ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial hingga politis. Unsur janji
manis seperti ini memang sangat ampuh menyihir masyarakat yang hidupnya sangat
bergantung pada sang pemimpin.
Ketiga, open house. Ramai-ramai orang berkumpul dirumah masing-masing calon kuwu, tujuannya pun beragam. Ada yang membicarakan strategi politik, ada juga yang hanya nongkrong ngopi saja. Open house ini biasanya start malam hari hingga dini hari, tidak sembarang orang bisa masuk ke rumah calwu karena open house ini hanya boleh dimasuki oleh pendukung masing-masing kubu.
Kira-kira itulah gambaran
sederhana ciri-ciri orang yang mau mencalonkan diri menjadi seorang kepala
desa. Selain itu terlepas dari mahalnya ongkos politik dan beragam dinamika
yang ada tidak serta merta malah menjadikan sebagai ladang permusuhan antara
kedua kubu, baik pendukung hingga kadernya, karena nilai persaudaraan sangat
murah harganya jika kita jual dalam pertikaian abadi pemilihan kuwu. (Penulis: Ikfini Vidi)
Salam damai untuk kita semua....
0 Comments