Ketika pertama kali virus
Covid-19 masuk ke Indonesia, masyarakat mulai panik. Ketakutan akan penderitaan
rakyat Wuhan membayangi masyarakat kita, bahkan terjadi panic buying
dimana-mana, terutama kota di Jabodatabek.
Namun empat bulan berlalu, kini
kondisi masyarakat kita berbalik arah. Tidak ada kepanikan yang terjadi,
masyarakat sudah mulai berdampingan hidup dengan Korona. Pemerintah pada
akhirnya mengeluarkan kebijakan pelonggaran yang disebut dengan Adaptasi Kebiasaan
Baru atau New Normal.
New Normal dalam pengertian lain merupakan
manifestasi hidup damai bersama virus itu sendiri, Achmad Yurianto selaku Jubir
pemerintah pernah mengeluarkan statement itu. Pada mulanya masyarakat +62
mencibir bahwa pemerintah membiarkan rakyat mati karena tertular virus Korona.
Namun, kini cibiran itu menjadi kenyataan, kita hidup bersama Korona dan pemerintah
hingga kini masih terus berusaha mengendalikan
virus tersebut.
Dulu kita juga menghujat tentang
pembatasan dan anjuran untuk beribadah dirumah dengan menuduh pemerintah
membuat aturan mendiskriminasi pemeluk agama mayoritas, namun setelah New
Normal tempat ibadah masih seperti sebelum pandem, sepi.
Covid-19 melibas siapapun tanpa
ampun, serangan virus ini bukan hanya membunuh manusia, ekonomi dunia pun
perlahan terbunuh. Kuartal pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini Indonesia
diperkirakan minus 2-3%, sungguh kekhawatiran kita bertambah. Selain kesehatan,
ancaman akan terjadinya resesi dan krisis ekonomi memaksa negara-negara
diseluruh dunia melonggarkan pembatasan. Namun disisi lain pelonggaran tersebut
malah menjadi buah simalakama bagi kesehatan masyarakat. Covid-19 semakin naik.
Kebingungan ini menjadikan
kesehatan akal sebagian masyarakat kita hilang, isu Korona tidak berbahaya
menjadi alternatif pikiran selain virus itu sendiri merupakan sebuah konsiprasi
elit global dan ladang bisnis oknum pemerintah. Banyak terjadi penjemputan
paksa terhadap pasien positif maupun suspect Covid-19. Masyarakat kita
benar-benar sakit, terlebih saat melihat mereka masuk dalam daftar orang
positif akibat ulah mereka tadi.
Kita adalah orang taat terhadap protokol
Covid yang ada, masker kita gunakan setiap berpergian, jaga jarak kita lakukan
dan cuci tangan kita laksanakan. Itulah kebiasaan baru yang kita lakukan ketika
PSBB namun setelah berakhir orang kembali ke kebiasaan lamanya.
Refleksi ini sejatinya bukan
untuk menyudutkan,hanya saja kita sebagai manusia sering kali lupa dengan apa yang
kita lakukan dan kerjakan. Korona, ada tidaknya engkau nanti engkau dikenang
sebagai satu pandemi yang telah memberikan pelajaran berarti bagi umat manusia
kini dan seterusnya.(Penulis: Ikfini)
0 Comments