Ilmu Apakah yang Paling Sulit Dipelajari?


Oleh: Muhammad Hanan
Semakin modern era ini ilmu pengetahuan berkembang dan semakin mengukuhkan kedudukannya. Dari sekian banyak keilmuan lahirlah para pakar yang menjadi ahli di setiap bidangnya. Jika kita pergi ke sebuah universitas lalu menemui dosen atau profesor disana lalu bertanya “Ilmu apakah yang paling sulit untuk dipelajari ?”, tentu dengan lantang mereka akan menjawab keilmuan merekalah yang terbaik dan paling sulit untuk dipelajari. Semisal jika kita bertanya kepada dosen Ilmu Fisika, maka sudah pasti jawabannya adalah Ilmu Fisika. Jika kita bertanya kepada profesor ilmu hukum, sudah pasti jawabanya itu juga, atau kita bertanya kepada pakar Ilmu Bahasa, dengan begitu percaya diri diapun berkata “Ilmu bahasa adalah ilmu yang paling sulit dipelajari”. Tidak perlu merasa aneh, sudah menjadi sifat dasar manusia untuk membenarkan apa yang dia yakini itu benar.

Dari pengalamanku mempelajari berbagai ilmu semuanya memang memiliki kesulitan tersendiri. Seperti Ilmu pengetahuan alam yang penuh dengan rumus dan hitungan atau ilmu sosial yang penuh dengan hafalan. Namun sejenak aku teringat ucapan kang Yudi, orang yang dulu aku anggap kaka sewaktu SMA.

  “Ilmu yang paling sulit dipelajari itu adalah Ilmu Ikhlas.” Katanya sambil santai

Kalimat itu terucap sekitar 3 tahun yang lalu di ruang DKM masjid sekolah. Sekilas aku mengerti maksud perkataanya namun tidak terlalu kupikirkan. Baru sekarang lewat rangkaian peristiwa yang menjelaskan kepadaku tentang makna dari ucapan kang Yudi.

Tidak perlu ditanya, sebagian kita sudah paham betul tentang pengertian ikhlas. Secara khusus  Ikhlas artinya memurnikan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Ya, memang pada dasarnya ikhlas adalah ketika kita berhasil meyucikan diri hanya untuk satu tujuan. Adapun Ikhlas dalam kehidupan yaitu ketika hati sudah bisa menerima segalanya dengan perasaan tenang karena sadar semua hanya kepunyaannya semata.

Banyak hal dalam keseharian kita yang menuntut diri untuk ikhlas. Ketika usaha kita belum menghasilkan apapun, ketika kerja keras kita tidak sedikitpun dihargai oleh orang lain, ketika yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, ketika perkataan kita tidak dipedulikan, ketika ide-ide kita diabaikan, ketika kebaikan kita tidak dihargai atau ketika kita mencintai seseorang dengan setulus hati namun masih belum dipercayai. Semua itu hanya sebagian kecil dilema hidup yang mengharuskan kita menerapkan ilmu ini. Bukan disaat bahagia, melainkan disaat tiba-tiba, disaat kejadian yang tidak terduga datang menghampiri. Saat itulah kualitas keimanan dan hati kita diuji. Itulah Ikhlas, ibu dari semua akhlak terpuji. Oleh karena itu,  Ikhlas memberikan manfaat yang penting bagi kehidupan.
Bebaskan, pasrahkan beban pada Tuhan


Bukan tanpa sebab mengapa ikhlas menjadi ilmu yang paling sulit dipelajari. Pertama, Ikhlas mendidik kita menjadi pribadi yang tangguh. Adalah sifat dasar manusia untuk selalu merasa senang atau mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Namun pada kenyataanya hidup seperti roda yang berputar, kadang kita terangkat diatas, kadang kita tersungkur dibawah. Pada saat kita tersungkur itu Ilmu Ikhlas menjadi hal yang sangat penting. Ia seperti menjadi tambang satu-satunya yang membuat kita sadar akan satu hal, kita masih memiliki Allah. Lihatlah sejenak berapa banyak orang yang berbelok arah bahkan mengakhiri hidup mereka karena tidak menerapkan Ilmu Ikhlas ketika kenyataan tidak sesuai dengan keinginan.

Manfaat lain dari ilmu Ikhlas adalah mengajarkan kita untuk pandai bersyukur. Dalam hal apapun manusia yang satu tentu berbeda dengan yang lain. Sang maha pencipta mengetahui yang terbaik untuk yang diciptakan. Ia menentukan rezeki, jodoh, susah atau bahagia, hidup lalu mati kita dan laiinya secara adil. Percayalah bahwa Allah maha baik dan tahu yang terbaik, ia tidak mungkin membiarkan hambanya begitu saja. Mulailah untuk lebih banyak melihat kebawah lalu  berhentilah melihat keatas. Selama ini kita selalu menuruti keinginan sehingga kurang sadar diri bahwa Allah selalu mencukupi kebutuhan kita. Lihatlah burung-burung yang keluar dipagi hari dalam keadaan lapar lalu pulang dengan perut terisi makanan. Allah menjamin semua rezeki mahkluknya dan tidak akan pernah tertukar.

Kemudian, keutamaan lainnya yang begitu penting yaitu dengan Ikhlas menjadikan kita merasa tenang dan damai. Ketenangan dan kedamaian adalahhal yang paling dicari oleh manusia. Diluaran sana begitu banyak orang yang rela mengeluarkan sebagian besar harta mereka hanya untuk mendapatkan kedamaian. Beruntunglah kita sebagai orang beriman, kita diajarkan konsep Ikhlas yang mengajarkan kita untuk merasa cukup, menerima segalanya dengan hati yang lapang. Karena pada hakikatnya kebahagiaan bukanlah dicari, namun bersumber dari hati kita sendiri.

Dari paparan tersebut, kita mungkin bertanya bagaimana menjadi pribadi yang Ikhlas ?. Disinilah yang menjadi penjelasan mengapa Ikhlas menjadi ilmu yang paling sulit dipelajari. Ikhlas tidak seperti Juz ’amma atau sejarah yang cukup dengan dihafal, tidak juga seperti filsafat atau grammar yang cukup dipahami. Kesulitan mutlaknya terletak pada penerapannya. Selain kita paham tentang konsep ikhlas yang menjelaskan bahwa segalanya hanya untuk Allah dan menerimanya dengan tenang, kita harus bisa membumikan hal itu dalam hidup keseharian. Hal inilah yang menjadi tantangan terbesar nya. “Tidak semua orang bisa”, mungkin itu kalimat yang sepadan untuk mewakilinya.

Sulitnya bukan berarti menjadi tidak mungkin. Tentu saja Allah sudah tahu bahwa pada dasarnya manusia sudah ditanamkan potensi untuk menjadi Ikhlas. Tugas kita agar bisa menikmati ilmu ini adalah dengan berlatih, berlatih dan berlatih. Ilmu Ikhlas tidak dikuasai satu atau dua malam, tetapi perlu membiasakan diri terus menerus. Kejadian-kejadian dalam hidup menjadi serangkaian ujian yang harus dikerjakan dan dilalui. Inilah kelebihannya, ilmu Ikhlas adalah Ilmu yang diuji langsung oleh Allah dan tidak ada batasan untuk terus mempelajarinya kecuali usia.

Mari bersama kita tekadkan untuk melatih diri. Berlatih untuk menerima dengan lapang dada, berlatih berhenti berharap kepada orang lain, berlatih untuk terus membiasakan diri menjadi lebih Ikhlas. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, jalan terbaiknya adalah dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi segalanya. Mengutip dari salah satu sabda Rasulullah SAW:

“Tetap tegar dan jangan sekali-kali merasa lemah, memang jalan ini amat berat untuk dilalui. Tapi ingatlah, berbagai cobaan akan selalu datang kepada hamba hingga ia dibiarkan berjalan diatas bumi tanpa membawa dosa.”  H.R. Bukhari



Reaksi:

Post a Comment

0 Comments