Yerusalem, Ibu Kota Pertama Israel Dan Palestina

Oleh: Finzie
Pasca perang  Arab-Israel tahun 1948 pecah, negara Arab kalang-kabut. Mereka harus mengikhlaskan sebagian besar wilayahnya untuk Israel. Israel, muncul sebagai negara baru pemenang perang. Karena kemenangan tersebut Israel merebut  70% wilayah peninggalan Britania Raya di Palestina dan salah satu wilayah yang berpindah tangan itu adalah Yerusalem.

Perang Arab-Israel 1948 (Sumber: military history)

Yerusalem sebagi salah satu kota suci dunia, kota lahirnya tiga agama besar (Islam, Yahudi dan Kristen) harus terpecah menjadi dua bagian, Yerusalem Timur milik Yordania, dan Yerusalem Barat milik Israel. Setahun setelah pecahnya perang tersebut, Israel mendeklarasikan Yerusalem Barat sebagai ibu kota mereka. Namun, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi yang melarang deklarasi tersebut karena merupakan sebuah pelanggaran hukum internasional. Di lain Pihak, PLO (Organisasi Pembebasan Rakyat Palestina) mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota resmi Palestina merujuk Resolusi 242 Dewan Kemanan PBB.

Yerussalem Kini (Sumber: Pixabay)

Namun, peta dunia mengalami perubahan setelah perang Enam Hari meledak. Pada tahun 1967 negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah menyerbu Israel dan lagi-lagi negara Arab mengalami kekalahan yang memahitkan. Negara yang kalah perang harus kehilangan wilayahnya, termasuk Yoradania harus mengikhlaskan Yerusalem Timur di aneksasi oleh Israel sebagai salah satu wilayah barunya yang sah. (Baca Juga: Lima Hal Yang Menarik Dalam Peringatan Haul Ke-18 Pondok Assalafie)        
Secara de facto Tel Aviv merupakan Ibu kota Israel, namun secara de jure(Secara hukum) Israel tetap mengakui Yerusalem Barat sebagai Ibu Kota mereka. Lalu pada tahun 1995 Kongres Amerika Serikat mengesahkan sebuah Akta Kedutaan Yerusalem yang berisikan jika diperlukan dan dibutuhkan Kedutaan besar Amerika Serikat dapat dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem. Namun, isi Akta tersebut menurut para presiden Amerika hanya sebuah anjuran yang tidak bisa jadi patokan utama AS untuk dapat memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. 

14.000 Lebih Penganut Agama Kristen Tinggal di Yerusalem (Sumber: Pixabay)
    
 Paparan sejarah diatas jelas mengatakan bahwa pernyataan Donal Trump terkait Yerusalem sebagai ibu kota Israel bukanlah sesuatu hal yang baru, karena sejak lama Israel telah mendekrasikan wilayah Yerusalem Barat sebagai ibu kota pertama mereka.
Karena pernyataan sepihak Trump, dunia sempat ricuh. Suara protes menggema diseluruh dunia, keributan dan aksi kekerasan kembali terjadi di wilayah Palestina. Hal tersebut memunculkan keperihatinan khusus dari PBB. Lalu pada Kamis (21/12/2017) dilakukanlah  sebuah voting dalam sidang darurat Majelis Umum PBB, yang menghasilkan: mayoritas dunia internasional menolak pengakuan sepihak Amerika Serikat tentang Yerusalem sebagai ibu kota baru Israel.

Agama Yahudi, Merupakan Mayoritas(Sumber: Pixabay)

Secara historis, konflik yang terjadi antara Palesatina-Israel merupakan konflik perebutan wilayah, bukan konfilik keagamaan yang selama ini kita pahami. Konflik yang berawal dari tahun 1948 dan terus berlangsung hingga sekarang merupakan bukti bahwa konflik yang terjadi disana merupakan kekacauan yang sulit diurai. Semisal dalam sejarahnya, konflik tersebut malah merambah ke konflik berbau agama seperti pelarangan beribadah serta  perusakan situs-situs sejarah keagamaan.

Masa Depan Palestina-Israel ada ditangan mereka(Sumber: Pixabay)


            Yerusalem, kini atau pun nanti tetaplah sebuah kota suci. Tempat lahirnya tiga agama besar, tempat lahirnya nabi-nabi yang mengajarkan perdamaian, tempat dimana 497.000 penganut agama Yahudi, 281.000 penganut agama Islam dan  14.000 penganut agama Kristen tinggal berdampingan disana. Semoga kedamaian tetap tercipta dan semoga Palestina dapat merdeka sepenuhnya.

No comments

Powered by Blogger.