Oleh : Muhammad Hanan*
Semula,
saya berpikir untuk tidak mau menulis dan membagikan hal ini. Karena sebenarnya
ini muncul dari kebingungan saya sendiri terhadap suatu hal. Bukan hal tabuh
juga, hanya rasa penasaran saya saja. Disamping itu, orang yang saya tanya juga
menganjurkan agar membagikan ini. Tulisan ini bukan berarti saya termasuk
pecinta Maskulinism atau Feminism, sama sekali tidak. Silahkan, mau melihat hal
ini sebagai sebuah fakta atau sekedar opini.
Ketika
hari selasa minggu lalu temanku Ikfini berkunjung kerumah. Kebetulan hari itu
juga ada acara 100 hari ibuku meninggal,
jadi sekalian tahlilan katanya. Setelah tahlil sambil makan-makan kami
memulai percakapan berbagai hal. Seperti biasa, Saya berbagi cerita tentang
dunia saya, dia berbagi cerita tentang dunianya. Saya terlebih dulu bebagi
tentang nasihat dan pelajaran dari Seminar Motivasi berjudul ‘Masterpiece’
(semoga dilain waktu saya bisa membagikannya) lalu disusul dia share tentang
dunianya dan juga bisnis yang sekararang sedang dia rintis.
Panjang
lebar percakapan hari itu, sampai akhirnya
saya mencoba menanyakannya. Karena teman akrab kita menggunakan
panggilan ‘ira’ , ‘kita’ (Jawa) serupa dengan ‘Gue’, ‘lu’ (Indonesia).
“Ik
gue mau tanya sama lu, tentang hal yang bikin gue bingung.”
“Sok,
kalo bisa gue jawab.”
“Akhir-akhir
ini gue perhatiin di facebook atau sosmed banyak orang yang tiba-tiba berubah,
misal yang tadinya malu-malu sekarang upload foto full face, atau suka ada yang
dulu disosmed penampilannya biasa saja sekarang lebih berani tampil mencolok,
ada yang jadi lebih glamour, ada yang lebih alim, ada juga yang tampil lebih sexy,
ya gue yang lihat sih enak2 aja..hehe...tapi seolah-olah mereka sengaja ingin
memperlihatkan perubahan mereka. Ngga pa2 sih kalo sekali dua kali mah, tapi
kalau terus-terusan tampil mencolok kan jadi timbul tanda tanya. gimana menurut
loe? (Baca Juga: Jatuh Cinta, Ngga Harus Pacaran?)
“walaah,
lu tanyanya ada-ada aja, tapi kebetulan gue juga udah pernah ngamatin yang kaya
gitu.”
“Terus
gimana, perasaan gue sih yang kaya gitu ngga biasa.”
“Hal
yang kaya gitu namanya lagi berusaha High Profile.”
“Maksud
lu?”
“Orang
itu sedang berusaha agar dipandang baik oleh orang lain. Terutama biasanya para
wanita sering melakukan ini.”
“Mmm..bener ik, yang gue lihat juga gitu.. 😃
“Mmm..bener ik, yang gue lihat juga gitu.. 😃
“Nih
dengerin, gue mau terangin ini dulu. Wanita itu ada fase-fase nya.
“Jelasin
bro..!”
“Fase
pertama, usia sekitar 15-20 tahun itu biasanya saat dimana mereka jual mahal. Disini
biasanya wanita suka nolak laki-laki, pilih-pilih gitu..haha. Fase kedua, usia
20-25 tahun saat dimana mereka sedang High profile. Naah , yang lu lihat itu
ada di fase ini nan.”
“Yang
lu maksud High Profile gimana?
“Jadi
biasanya dimasa ini wanita akan menampilkan dirinya tampak lebih baik. Mereka
mulai khawatir tentang jodoh. Kebanyakan mereka sengaja melakukan ini untuk
menarik perhatian kita para lelaki. Agar kita memilih mereka. Tidak semua yang
ada seperti itu, tapi kebanyakan seperti itu adanya. Tapi yang harus kita
mengerti adalah seperti apapun cara mereka mencoba tampak lebih baik kebanyakan
dari mereka kualitasnya tetap sama, tidak berubah.”
“Tidak
berubah gimana maksud lu?”
“Kepribadian,
karakter, dan sikapnya masih sama.”
Sejenak
saya diam, berpikir tentang apa maksud dari penjelasannya.
“Oooh, gue ngerti sekarang ik.”
“Gimana, jelasin ke gue !”
“Jadi
yang gue tahu kalau di Marketing ada
istilah yang namanya Branding. Agar suatu produk bisa terjual, perusahaan akan
mengiklankan nya semenarik mungkin. Kalau produk yang sama masih tidak bisa
terjual mereka akan mendesain ulang kemasannya lalu menggunakan iklan berbeda.
“Nah
kira-kira kaya gitulah...gue jadi dapat ilmu baru nan...haha...”
“Yoi
broo...gue juga pernah baca keterangan ik, tapi ngga tahu itu hadist atau
keterangan para ulama.”
“Kaya
gimana nan.?”
“Gue
pernah baca artikel yang nerangin kalau di akhir zaman setiap kali para wanita itu menjumpai laki
laki , mereka akan mengatakan, “Nikahilah aku, nikahilah aku !”. yaa memang
mereka tidak mengatakannya, tapi yang mereka lakukan mencerminkan itu.”
“Ya
gitulah, gue juga kadang suka bingung sendiri.”
“Oh
iya, ada lagi ik, kan ada juga orang yang suka ngepost kaya status atau foto
yang nunjukin kalo dia sedang memperbaiki diri.”
“wahaha,,kalo
itu gue mah ngga terlalu percaya nan.”
“laah..loe
gimana ik, bukannya itu bagus, berarti dia mau berubah.”
“Woy..woy
inget nan, kebanyakan itu juga bagian dari Branding yang tadi lu bilang.”
“Maksud
lu?”
“Kalau
beneran mau berubah ya tinggal berubah, lakukan hal-hal yang lebih baik, yang
lebih manfaat. Ngga perlu diumumin segala. Seseorang yang benar-benar sedang
memperbaiki diri tidak akan menunjukkan kalau dia sedang memperbaiki diri,
seperti orang yang mengerti hakikat ibadah tidak akan menunjukkan dirinya
sedang beribadah.”
Dari
perkataannya seketika saya mendapatkan pencerahan.
“ya iyalah ik, kan nanti jadi Riya?”
“Nah
itu bro...gue lanjutin yaa..
“Bentar,
gue ngerti ik. Produk Apple juga ngga banyak iklannya. Tapi karena kualitasnya
terbukti bagus produknya diakui semua orang.”
“Wah
bener lu nan, lagipula sosmed kan hanya tentang bedak dan lipstik, biarlah
orang lain tahu sendiri tentang kualitas diri kita.
“
Yoi bro...”
“Gue
lanjut yaa. Fase ketiga, usia 25-30
tahun, fase ini kalo gue nyebutnya fase diskon. Wanita yang belum menikah
diusia ini akan menurunkan kriteria laki-lakinya. Ada kekurangan sedikit ngga
apa2, yang penting bisa dapat pasangan. Nah kalo fase lebih dari itu gue
nyebutnya fase obral, syukur kalau ada yang mau..😁 ”
Mendengar
itu saya tertawa terpingkal-pingkal.
“wkwkwk...sadiis lu ik ngasih
namanya.”
“Laah gue bener kan? hahaha”
“Iya
iya, tapi nama fasenya itu..wkwk.”
Selesai
tertawa, kamipun melanjutkan percakapan
“Terus kalau gue mau cari wanita
baiknya yang kaya gimana ik?”
“Jangan
cari wanita tipe pelayan Alfamart yang selalu ngasih harga pas, nyarinya wanita
yang tipe karyawan pom bensin yang selalu bilang: “Dari nol dulu paaaak.”
Dibarengi dengan ekpresi lucunya.
Lagi,
karena ulahnya itu saya kembali tertawa terpingkal-pingkal.
“hahahaha...ada2 aja lu
ik..hahaha..”
“yoi
bro, milih wanita mah yang sederhana aja, Naruto juga pada akhirnya milih
Hinata, habis itu dia jadi Hokage..hehe.”
“Gue
jadi inget ik, kata pak Mario kesederhanaan itu adalah kecantikan yang tidak
banyak tingkah.”
“Yoi
nan...”
Kurang
lebihnya seperti itulah percakapan kami. Saya dan Ikfini sampai saat ini masih
sering bertemu. Dia temanku sejak kelas
dua Mts. Dua tahun kami satu kelas. Setelah lulus kami memutuskan untuk Pindah
ke MAN MODEL Ciwaringin sambil mesantren disana. Hanya saja, kelas satu
semester dua saya memilih pindah ke MAN Indramayu. Usianya sama dengan saya. Dia
anak dari Almarhum Kyai Abdul Aziz. Selama 6 tahun menjadi santri dari Pondok
Pesantren Assalafi desa Babakan Ciwaringin Cirebon. Saat ini dia aktif mengurusi
majalah Pondok Pesantren dengan nama majalah ‘Salafuna’, berisi tentang
kegiatan dan peran santri di era modern. Kemarin dia juga bilang kalau dia dan kakaknya berencana ingin
membangun sebuah pesantren. Semoga impiannya segera tercapai. Aamiin.
*Penulis Merupakan Sahabat Saya(Ikfini-red), Teman Satu SLTP Hingga Kini
*Penulis Merupakan Sahabat Saya(Ikfini-red), Teman Satu SLTP Hingga Kini
0 Comments