Ketiga
memberi nilai keindahan. Ketika seseorang mengenakan pakaian maka akan tampak
lebih indah, menarik dan mempesona. Pesan inilah yang ditawarkan Alquran agar
isteri berperan untuk memperindah suami, begitu juga suami bisa memperindah
istrinya
Ikhtiar
agar seseorang bisa memperindah penampilan, biasanya mendatangi salon untuk
dirias dan di-make up, begitu keluar rambut dan dandanan-nya jauh lebih rapih
dan indah. Peran salon itulah sejatinya peran suami istri yang bisa merias
pasangannya agar tampil lebih rapih dan indah dibanding sebelum menikah.
Perhatian
dengan penampilan fisik yang indah itu penting, tapi ada yang lebih penting
lagi, yaitu bagaimana masing-masing antara suami istri bisa berikhtiar untuk
memperindah kepribadian pasangannya. Kita bisa belajar dari sekolah
kepribadian, sang guru senantiasa mengajarkan siswanya bagaimana bertutur kata
yang sopan dan menarik, bersikap yang lembut dan berprilaku yang santun. Apa
yang dilakukan oleh guru sekolah kepribadian itulah peran sejati yang semestinya
dilakukan oleh suami dan istri. Masing-masing bagaimana meneladani dan
mengajarkan agar bertutur yang baik, bersikap dan berperilaku yang terbaik.
Di
rumah kita adalah guru kepribadian, yang siswanya adalah pasangan dan buah hati
kita. Pengalaman pada awal pernikahan dan masa bulan madu, dimana kita
senantiasa berbicara dengan kata-kata yang indah, romantis dan penuh
kelembutan, layak dijadikan mata kuliah inti dalam sekolah rumah tangga. Buah
dari penyampaian matakuliah ini akan membawa prestasi anak-anak kita yang
sholeh dan sholehah.
Keempat
Identitas kebesaran dan kehormatan.Pakaian itu ciri yang memudahkan kita untuk
melihat identitas tentang kebesaran dan kehormatan seseorang. Kita bisa
mengenali seseorang apakah statusnya sebagai pelajar, pejabat, polisi, tentara
atau lainnya, cukup hanya dengan melihat pakaiannya, karena yang dikenakan
merupakan identitas kehormatan lembaga dimana dia berdinas
Seseorang
yang memakai pakaian dinas, wajib menjaga nama baik dan kehormatan institusi di
mana dia bertugas, karena dia tidak lagi sendiri, tetapi sudah menjadi bagian
tak terpisahkan dari lembaga tersebut. Inilah peran pakaian yang diilustrasikan
dalam al-qur'an agar suami istri masing-masing menjaga kehormatan dan nama baik
keluarga pasangannya. Istri berperan menjaga kehormatan keluarga besar suami,
begitupun sebaliknya suami harus bisa menjaga nama baik keluarganya isteri,
karena masing-masing sudah tidak sendirian lagi, tetapi menjadi bagian yang
melekat dalam identitas keluarga besar.
Kehadiran
kita sebagai anggota baru dalam keluarga besar memiliki peran untuk senantiasa
menjaga dan menjunjung tinggi nama besar kehormatan keluarga, karena baik
buruknya kita berimplikasi terhadap baik dan buruknya nama kehormatan keluarga.
Kita bisa belajar dari bau aroma, kalau ucapan dan perilaku kita sering memicu
permusuhan dan kebencian, maka kehadiran kita seperti halnya menebar bau busuk,
boleh jadi orang yang berada di keluarga besar kita akan menjauh bahkan akan
membuang jauh-jauh aroma busuk tersebut. Lain halnya kalau kehadiran kita mau
membangun tali kasih dan menampilkan perilaku yang santun, maka keberadaan kita
seperti aroma minyak wangi yang menebar bau harum. Kita, pasangan, dan kedua
keluarga besar semuanya akan terbawa menjadi harum.
Kelima, Menghargai Perbedaan Bicara pakaian berarti kita mengenal variasi ukuran,
model, warna dan jenis bahan yang berbeda-beda. Kenyamanan dalam berpakaian
ditentukan oleh kesesuaian ukuran, model, warna dan jenis bahan dengan postur
tubuh diri kita sendiri. Pakaian yang sesuai dan nyaman di tubuh kita belum
tentu nyaman dan sesuai dengan ukuran postur tubuh orang lain, termasuk dengan
postur tubuh pendamping hidup kita. Ternyata perbedaan ini adalah khazanah
untuk saling menghargai sekaligus rahmat untuk saling mengisi dan melengkapi.
Begitu indah ilustrasi peran suami istri yang digambarkan dengan pakaian, bahwa
kita dipertemukan dengan latar belakang berbagai macam perbedaan yang disatukan
dalam wadah pernikahan. Perbedaan yang ada bukan untuk diperdebatkan tetapi justru
menjadi literatur untuk saling menghargai, saling mengisi dan melengkapi.
Kita
bisa belajar dari kedua kaki kanan kiri kita, sekalipun berbeda bentuk dan
posisinya, namun kedua kaki kita senantiasa berkomitmen untuk saling mengiringi
langkah untuk maju kedepan dalam menggapai tujuan, tak peduli mana yang harus
duluan langkahnya, kalau ternyata kaki kanan yang melangkah terlebih dahulu,
maka yang kiri dengan cepat akan mengikuti dan mengiringinya, begitupun
sebaliknya. Spirit ini mengajarkan kepada kita agar tidak selalu menuntut sama,
apa yang ada dalam pandangan dan pikiran kita, dengan apa yang ada dalam cara
pandang orang lain.
Komitmen dalam pernikahan adalah keharusan |
Apa
yang dipraktekkan oleh kedua kaki kanan kiri ini kiranya juga bisa menjadi
inspirasi, ketika sang istri melangkah untuk menggapai cita-cita, maka sang
suami hadir mengiringi langkah cita-cita istri tersebut, begitupun sebaliknya
ketika sang suami melangkah untuk maju maka sang istri dengan cepat mengikuti
dan mengiringi langkahnya. Apa yang menjadi visi dan misi dalam rumah tangga
kalau keduanya senantiasa menghargai perbedaan dan berkomitmen untuk saling
mengiringi langkahnya, insya Allah akan terwujud dengan gemilang.
*Sumber status pribadi beliau dalam akun Facebook Lukman Hakim
0 Comments