Nyai, Potret Wanita Abadi Para Santri



Jika kita berbicara tentang potret wanita masa kini dari kacamata para santri, maka kita akan menemukan jawaban yang senada. Bagi santri wanita yang patut dicontoh selain ibu kandungnya sendiri adalah ibu nyai. Istilah nyai sendiri dikalangan kaum sarungan memiliki makna khusus yang berarti adalah istri dari Kiai (penamaan tokoh ulama Islam di Jawa), karena dulunya istilah nyai sendiri pada zaman Hindia Belanda memiliki makna negatif yakni istri simpanan, selir atau gundik.


Para Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiat(Sumber: Facebook Assalafie Babakan)
Dimata santri, menghormati dan meneladani keluarga kiai merupakan syarat kewajiban untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah. Dan nyai yang notabenenya adalah istri kiai sekaligus –terkadang- menjadi pengasuh pondok pesantren, haram hukumnya jika kita para santri tidak mau meneladani semua tindak tanduknya beliau.
Kembali ke pertanyaan awal, mengapa santri kukuh dan  tetap menjadikan nyai sebagai potret ketauladanan wanita masa kini? Ada beberapa alasan khusus kenapa hal tersebut tetap bertahan, diantaranya adalah:
Pertama, nyai adalah istri dari kiai yang terkadang sama-sama mengasuh  santri, sedangkan dalam tradisi pesantren sendiri kiai ataupun nyai merupakan idola bagi para santrinya yang semua gerak-geriknya  dijadikan sebuah trend, baik akhlaknya bahkan hingga cara berpakaiannya.

Santri Putri Assalafiat(Sumber: Facebook Assalafie Babakan)
Kedua, nyai adalah potret wanita yang tangguh, kuat dan sholehah. Siapapun orangnya, pasti mengidam-ngidamkan memiliki pasangan yang sholeh ataupun sholehah plus memiliki kekuatan mental lain dari pada yang lain. Dan hal ini selalu tergambar jelas pada nyai yang memilki klasifikasi seperti itu.
Ketiga, nyai adalah bentuk kesempurnaan fisik, ilmu dan juga akhlakul karimah. Sering kali para istri-istri kiai memiliki fisik yang terbilang sempurna, kesempurnaan itu juga dilengkapi dengan ilmu serta akhlakul karimah yang dipraktekan para nyai bukan hanya dilingkungan pesantren bahkan dimasyarakatpun tidak pernah absen.
            Pembahasan akan melebar sedikit, ketika kita membicarakan potret wanita masa kini, pikiran kita akan melesat pada satu titik kata dimana kata tersebut familier dengan istilah emansipasi. Emansipasi sendiri yang memiliki arti penyelasaran hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, pengertian emansipasi jika ditambah dengan kata “wanita” makna  maknanya akan lebih khusus dan spesifik lagi, karena disini kita akan jauh melebar tentang emansipasi wanita.
            Dalam tubuh pondok pesantren Assalafie Babakan sendiri emansipasi wanita telah lama bergulir, sejak pondok ini berada para santri putri berhak mengikuti jenjang pendidikan yang setara dengan pondok putra, semisal adanya pendidikan non formal madrasah putra (MHS) dan madrasah putri (MHSP) yang sama-sama memiliki jenjang pendidikan sampai tingkat Aliyah.


Bahagianya Menjadi Santri(Sumber: Facebook Assalafie Babakan)
            Dilain itu pula selain pendidikan formal ataupun non formal, perkembangan diera emansipasi sekarang justru sudah semakin kelihatan nyata dan merata. Bayangkan saja jika dulu sangat susah menggabungkan satu event besar semisal Hari Santri Nasional antara santri putra dan putri sekarang sangat mudah untuk melakukan hal tersebut, namun meskipun itu terjadi dan dilakukan para santri tetap di didik untuk terus menjaga nilai luhur serta budaya pesantren dengan corak ketashawufannya.

Pengasuh dan Pengurus Assalafiat Satu hingga tiga. Dari Atas kebawah(Sumber: Facebook Assalafie Babakan)
            Emansipasi santri putri terjadi berkat para nyai yang sudah berfikir moderat dan maju, karena mau tidak mau antara santri putra maupun putri memang harus saling bersinergi bahu membahu saling membantu untuk memanjukan lembaga pesantren yang mereka tinggali. Jika hal tersebut urung dilaksanakan, maka lembaga pesantren akan tertinggal dan jauh ditinggalkan masyarakat.
            Lalu apa kaitanya emansipasi dengan nyai? Kita pasti bertanya-tanya kenapa dalam tulisan ini sangat melebar jauh yang mulanya hanya membahas nyai dengan segudang kelebihanya untuk dijadikan potret wanita masa kini lalu malah melebar ke ranah emansipasi wanita, mari kita simak paragraf berikutnya.
Pengasuh dan Pengurus Assalafiat empat dan lima. dari atas kebawah(Sumber: Facebook Assalafie Babakan)

            Nyai adalah tokoh sentral bagi santri putri, bagi santri putra nyai sendiri memiliki peranan sangat dominan bagi suaminya yang mengasuh pondok putra yang notabenenya sama-sama menjabat sebagai tokoh sentral bagi para santrinya. Meski peranan nyai dimata pondok putra tidak terlalu kentara –karena nyai sangat jarang muncul langsung dalam pondok putra- namun hal itu tidak menjadi masalah bagi santri putra. Peranan nyai atau khususnya wanita bagi kehidupan laki-laki sangatlah penting, begitupun sebaliknya, seperti apa yang dijelaskan tiga poin penting diatas tentang alasan mentasbihkan nyai sebagai satu-satunya potret wanita masa kini nya para santri, selain itu pula ada satu poin penting lain yakni adalah hanya ibu nyailah  satu-satunya wanita didunia yang mampu mengurusi hajat kehidupan dunia dan akhirat, hanya dari nyai lah kehidupan emansipasi santri putri ada dan terus  maju hingga kini.
            Menutup tulisan yang sederhana ini, nyai tetaplah wanita biasa, apapun kesalahan dan kekurangan yang dilakukan semata-mata membuktikan tidak ada manusia yang terlahir sempurna, karena kesempurnaan manusia lahir dari bagaimana caranya ia mampu menerapkan  ilmu yang ia pelajari bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri dan orang lain.(Penulis: Ikfini)

Reaksi:

Post a Comment

0 Comments