Oleh: KH. Lukman Hakim*
Ada ilustrasi menarik yang ditawarkan oleh Alquran tentang peran
suami dan istri. Alquran mengilustrasikan istri dengan pakaian ( هن لباس لكم ) begitu juga suami digambarkan dengan
pakaian (وانتم لباس لهن ) Ada apa dengan
pakaian? ternyata pakaian yang kita pakai sehari-hari memiliki peran makna
filosofis yang luar biasa, yaitu :
Pertama pakaian berperan sebagai penutup aurat, spirit yang
ditawarkan oleh Alquran bahwa makna menutup aurat artinya sang istri senantiasa
tampil untuk menutupi apa yang menjadi aib dan kelemahan sang suami, begitupun
sang suami senantiasa tampil untuk menutupi apa yang menjadi aib dan kelemahan
sang istri. Menyadari bahwa masing-masing memiliki kelemahan merupakan
salah satu modal untuk menciptakan harmoni dalam rumah tangga sekaligus sebagai
titik awal agar masing-masing mau berbenah dan memperbaiki diri, karena tanpa
mengenali kelemahan, kita tidak akan bisa berupaya untuk memperbaiki ke arah
yang lebih baik. Kita mesti bersyukur dengan dianugerahi kelemahan, karena akan
menjadi energi untuk senantiasa kita mau belajar dan berbenah, mau mendengar
menerima saran dan masukan sekaligus kita terus tidak lengah untuk belajar.
Menikah, menyatukan perbedaan menjadi kesatuan |
Kita bisa belajar dari anugerah terindah yaitu mata, ia berperan
bisa memandang dan melihat apa saja dari berbagai penjuru, namun ternyata mata
memiliki kelemahan dan ketidakmampuan melihat obyek yang terdekat dengan
posisinya, mata tidak bisa melihat bulu alis, mata tidak bisa melihat hidung,
mata tidak bisa memandang wajah, mata tidak bisa melihat telinga dan juga mata
tak mampu melihat rambut, justeru mata baru bisa melihat itu semua ketika ada
bantuan dan peran yang lain yaitu kaca cermin atau orang lain yang dimintai
tolong untuk melihatnya. Apakah dengan kelemahan dan keterbatasan mata kita
terus mengungkit dan mempermasalahkan nya? Apapun dengan mata, ia adalah
anugerah yang sangat berharga dalam hidup kita.
Hubungan antara suami dan istri yang masing-masing senantiasa
mengungkit dan mempublish apa yang menjadi aib dan kelemahannya masing-masing
apalagi sampai dipublish di media sosial hanya akan menjadi malapetaka dan
huru-hara dalam rumah tangga. Konflik rumah tangga sering kali dipicu dengan
mengungkit kelemahan pasangan, atau pengalaman buruk masa lalu pasangan.
Padahal kita tidak bisa lepas dengan kelemahan dan kehidupan masa lalu, tinggal
kita belajar bijak dalam menghadapinya, bayangkan kalau senantiasa mata kita
menoleh ke belakang terus menerus, boleh jadi perjalanan masa depan kita akan
terseok-seok bahkan bisa jatuh tersungkur. Betapa sakitnya leher kita, kalau
senantiasa mata dipaksakan agar menoleh ke belakang, yang sudah biarlah
terlewat menjadi bekal pengalaman yang berharga. Kalau ternyata ada masa lalu
yang sangat pedih dan menyakitkan pilihan kita hanya ada dua, membiarkan kita
menoleh kebelakang dengan senantiasa kita merasakan terus-menerus rasa sakit
itu, dan mengabaikan masa depan yang indah, sekaligus secara tidak sadar kita
sedang merobohkan bangunan rumah tangga, atau pilihan berani berkorban dengan
memaafkannya, sambil menyongsong masa depan yang gemilang. Yakinlah bahwa
memaafkan adalah solusi terbaik dalam segala permasalahan yang dihadapi dalam
rumah tangga.
Kita bisa belajar dari mata yang selalu fokus menatap kedepan,
karena didepan ada pemandangan yang indah, ada masa depan yang cerah, ada
anugerah dari sang maha cinta, ada anak-anak kita yang termotivasi untuk
menggapai cita-cita. Oleh karena itu al-qur'an menawarkan konsep peran yang
sangat indah, yaitu suami dan istri masing-masing harus mampu tampil seperti
pakaian yaitu menutupi apa yang menjadi kelemahan dan aib masing-masing.
Kedua Pemberi cita rasa. Pakaian berperan memberikan cita rasa
kehangatan disaat orang berada dalam kedinginan dan memberikan rasa sejuk di
saat berada dalam kepanasan.
Ilustrasi Alquran yang menggambarkan suami dan istri dengan
pakaian artinya bahwa di saat kondisi istri berada dalam emosi, maka suami
berperan untuk memberikan kesejukan, begitupun sebaliknya disaat suami marah
maka istri hadir sebagai penyejuk. Kadang dalam rumah tangga kondisi emosi
tidak bisa dielakkan, namun saran Al Quran agar salah satunya tetap untuk tidak
terpancing jadi emosi, supaya bisa melakukan hal-hal yang menyejukkan bagi
pasangannya. Kenapa penting untuk menjaga agar tidak marah, karena luapan marah
yang tak terkendali itu, seperti halnya air mendidih yang disiramkan ke kulit
tubuh, akan terasa sakit dan bahkan meninggalkan luka yang membekas, boleh jadi
kata-kata yang keluar dari emosi lebih sakit dibanding tersiram air panas.
Dengan menikah masing-masing dari kita saling melengkapi |
Tak jarang dari pertengkaran dan kemarahan berujung pada
perceraian. Apa tega kita marah kepada orang yang setia sehidup semati dan
berjanji dalam suka maupun duka? Apa juga pantas karena marah kita
mendiamkannya dan mendendam selama berhari-hari? Kita bisa memetik
pelajaran dari anak-anak kita yang masih kecil ketika bergaul dengan teman
sebayanya, mereka bermain dalam keceriaan, kalaupun terjadi pertengkaran bahkan
sampai ada yang menangis, sejam kemudian mereka bisa bermain kembali dan tetap
dengan penuh keceriaan, nyaris tiada kata dendam dalam hati mereka. Subhanallah
anak-anak kecil tadi telah mencontohkan bagaimana mengatasi konflik dan
pertengkaran tanpa harus berlarut-larut.
Dalam menjaga harmoni rumah tangga adakalanya baik suami maupun
istri merasakan kondisi tidak bergairah, sunyi dan bete, biasanya dipengaruhi
oleh faktor rutinitas yang menjenuhkan, pada kondisi ini ketika dihadapi oleh
istri maka suami tampil untuk menghibur dan memotivasi agar tumbuh semangat
baru. Begitupun sebaliknya, jika suami mengalami kondisi yang lesu dan tidak
bergairah, sebisa mungkin istri tampil untuk menyemangati dan menghadirkan
gairah baru. Membingkai hubungan suami istri agar tetap menjaga peran
menyejukkan dan menghangatkan adalah formula handal yang diilustrasikan Alquran
dengan kata pakaian (لباس).
Bersambung...
1 Comments
Bagus artikelnya..berbobot...bermanfaat bagi yg membacanya..saya syuka..😊👌
ReplyDelete