(Bersama Tuhan Kita Menyerbu dari Langit)
Oleh: Finzie
Tragedi itu
datang secara tiba-tiba, semua dunia tercengang! Ratusan rudal Nuklir berlalu
lalang menghancurkan negara yang dianggap musuh. Semua musnah hancur tidak
tersisa, hari itu dunia kiamat, benar-benar seperti kiamat!
Front tengah; Jakarta,
28 Agustus 2031
WUSSSHH! Segorombolan
pesawat Sukhoi SU-35 terlihat mondar-mandir memuntahkan muatanya.
DUUMM.! Bumi
bergetar keras, reruntuhan tembok gedung pencakar langit tercerai berai.
Jakarta hampir rata dengan tanah, bahkan Monas pun yang dulu dibanggakan kini
tinggal sejarah.
Sementara itu, bandara Iswahyudi Pusat
Komando Operasi Militer Angkatan Udara pulau Jawa
“Semua pasukan
siap dalam posisi, cek senjata kalian, perlengkapan kalian, Parasut kalian!
Kali ini musuh kita kalahkan!” Letnan Joko memberikan perintah pada kami.
“SIAP
KOMANDAN!” Jawab kami serempak.
“Musuh dizona
Alpa 3, lima menit sebelum pemberangkatan!” Pilot berteriak mengingatkan kami.
Landasan bandara Iswahyudi terlihat
sangat padat. Aku mencoba melongokan kepala dari jendela pesawat yang ku tumpangi. Dilangit Iswahyudi terdengar raungan
dua buah pesawat Sukhoi, kedua pesawat
itu berterbangan berusaha membombardir Jakarta. Malam itu ribuan pasukan
penerjun payung menyemut memasuki 12 pesawat C-130 Hercules, hari ini Indonesia
bertekad akan merebut kembali Jakarta yang telah lama dikuasai pasukan koalisi
Australia.
Satu Batalion
pasukan penerjun payung berangkat dari pusat komando bandara Iswahyudi, gemuruh
pesawat sedikit membuatku kantuk.
Sesekali aku berusaha membetulkan tempat duduk ku, sersan Irwanto tersenyum
melihat tingkahku, dia dari Lampung. Sersan Irwanto pernah bercerita tentang
perjuangannya melawan tentara Singapura yang merangsek masuk melalui Batam.
“Kami dibantai
dengan hujan artileri. Dua grup pasukan tewas tak tersisa, aku adalah satu-satunya
korban yang selamat” Sersan Irwanto berusaha mengingat pahitnya mempertahankan front
Timur.
“Kadang, aku
menyesal mengapa aku harus hidup! Namun, aku menyadari bahwa hidupku ini akan
ku persembahkan untuk menebus nyawa semua temanku yang tewas!” Kulihat nyala
bara api dimatanya.
Delapan belas bulan negara ini
terjebak dalam zona perang global, pertempuran ini bermula ketika Amerika
Serikat, Korea Selatan serta Jepang sengaja menginvasi Korea Utara. Mereka menuntut
balas akibat ulah negara komunis itu
menenggelamkan dua kapal perang milik Angkatan Laut Korsel dan Jepang yang menewaskan
seluruh pelautnya. Sebagai negara kuat, Korut malah meluncurkan rudal nuklirnya
dan hampir meratakan daratan Korea Selatan dan juga Jepang. Amerika sebagai sekutu kedua negara tersebut berang,
kemudian membalas dengan menjatuhkan bom nuklir Minuetman VI ke Pyongyang dan membakar seluruh penduduk di
negara komunis itu.
Melihat aksi Amerika yang semena-mena.
Negara sahabat Korea Utara seperti Rusia dan China ikut campur dalam perang
tersebut dengan mengirimkan bantuan militer berupa Tank, Pesawat Tempur dan
juga rudal jelajah jarak jauh. Malah tiga hari kemudian Rusia mengobarkan
perang baru di Eropa dengan menginvasi Ukraina serta negara-negara baltik yang
dilindungi Amerika mati-matian. Dunia semakin tidak menentu setelah pertemuan
PBB di New York untuk membahas semua masalah ini malah dibom teroris Amerika Selatan yang mengakibatkan
tewasnya para petinggi negara-negara dunia.
Tak ketinggalan pula negara-negara
timur tengah ikutan berperang. Mesir, Iran, Suriah serta Palestina bergabung
menghancurkan Israel. Selain itu pemerintah oposisi keluarga Houthi membalas Arab
Saudi yang dulu telah menghancurkan kelompok mereka pada pertengahan Maret 2015
dengan mengirimkan pasukan komando untuk
membunuh keturunan raja-raja Arab. Dibenua Hitam Afrika, para pemberontak yang
dulu diberantas pemerintah, bermunculan bak buih dalam sabun. India dan
Pakistan saling serbu menggunakan rudal-rudal nuklir mereka. Sedangkan Amerika, Uni Eropa dan NATO sibuk menghalau
invasi Rusia-China, hujan rudal nuklir sering terdengar disana, jutaan umat
manusia tewas dalam sekejap!
Sebagai salah satu negara yang
mendirikan Gerakan Non-Blok, pada waktu itu Indonesia berusaha merangkul seluruh
dunia untuk mengakhiri kegilaan ini. Namun apa daya, dunia mengacuhkan saran
tersebut. Justru bangsa ini bangsa ini dihinakan dengan serbuan koalisi Commonwealth
menduduki pulau terluar Indonesia yang diklaim milik mereka. Hari pertama
invasi, Indonesia dikeroyok dari tiga front, front Tengah diserbu oleh
Australia, Selandia Baru dan juga Inggris, front Timur Malaysia dan Singapura sedangkan front
selatan di serbu oleh Brunei.
“DUA BELAS
MENIT MENUJU DROOP ZONE!” Pilot Hercules berteriak melalui pengeras suara.
“SEMUA PASUKAN
BERSIAP, KOKANG SENJATA KALIAN, MUSUH TELAH MENUNGGU KITA DIDEPAN...!” Letnan
Joko memberi komando, dari wajah lorengnya aku bisa mengira dia sangat cemas.
CKRAK,
CKRAK...! Suara kokangan senapan SS2 bergemuruh, entah mengapa hati ini ragu. Letnan
Joko berjalan didepan kami, dia mengecek satu persatu kesiapan pasukannya,
tiba-tiba-tiba dia berhenti didepanku.
“SERTU RAKA!”
Letnan Joko berteriak
“SIAP LETNAN!”
Jawabku tegas, kemudian dia mendekat dan membisikan
“Bersiaplah
nak, musuhmu telah menunggu dibawah”
“SIAP PAK!”
Jawabku lagi
Guncangan kecil sering terasa ketika pesawat ini
lepas landas dari bandara Iswahyudi. Namun, ketika pesawat ini dekat memasuki
zona penerjunan guncangan-guncangan ini semakin sering terasa, turbulensi? Ah
tidak mungkin! Mungkinkah ini manuver dari sang pilot? Aku berusaha
menerjemahkan semua ini.
“JUSSST....!!!!
BLAARRR...!!!!!” Sebuah cahaya merah meledak dilangit. Owh tidak! Itu bukan
ledakan biasa, itu ledakan rudal anti pesawat!
“CKLAK..!!!
BLASSSSTT..!!! BLAR, BLAAR..!!!” Pesawat memuntahkan Flare dan melakukan
manuver mengelak.
“MAY DAY, MAY
DAY! SCRAMBLE BANYAK ‘LEBAH’, KAMI DI SERANG!” Pilot pesawat mulai panik.
“DROOPING DALAM
DUA MENIT BERSIAPLAAAAH....!!!” Perintah Letnan Joko, Lampu hijau menyala tanda
bersiap penerjunan menyala. Guncangan semakin terasa, pesawat terombang-ambing ditengah serbuan rudal dan
juga tembakan senjata anti pesawat.
“TEEET...!!!”
Lampu kuning menyala, kabin kargo pesawat dibuka.
“BERSIAPLAH
PRAJURIT, BERSAMA TUHAN KITA MENYERBU DARI LANGIIIIT...!!!!” Lampu merah
menyala menandakan kami semua harus terjun, satu persatu pasukan turun. Namun,
belum sempat aku terjun ke angkasa sebuah rudal menabrak tepat sayap kanan pesawat,
seketika api berkobar hebat.
“MAY DAY, MAY
DAY! CEPAT TERJUN PRAJURIT!” Co- pilot meyuruh kami meninggalkan pesawat, sedangkan sang pilot
berusaha menyeimbangkan badan pesawat yang perlahan menukik ke bumi.
“DUUUMM....!!!”
Sial! Sayap pesawat meledak dan patah.
“MAY DAY! PUSAT
KOMANDO KAMI FALL, MAY DAY! KAMI FALL, ARGHH...!!!!!” Situasi dalam pesawat
kacau, pesawat mulai menukik dan berputar tidak stabil, kemudian ....
“BLAAAAAR....!!!!!”
Dua puluh menit
kemudian...
Bagiku ini seperti mimpi yang tak
berujung, terjebak dalam situasi tak menentu. Ku lihat bangkai pesawat bersama
puluhan mayat berserakan bagai daun yang tercecer dari atas pohon, Letnan Joko
tewas dengan parasut yang terbakar, Sersan Irwanto tergeletak disamping pintu
pesawat, tubuhnya terbelah antara pinggang dan sampai kaki. Diatas langit masih
terdengar ledakan serta nyala senjata layaknya kembang api, malam itu puluhan
pesawat Hercules masih berseliweran di langit Jakarta.
Banyak hal yang tidak kupahami, aku
seperti prajurit lain yang ingin membela negara dengan jiwa dan raga. Namun,
disisi lain aku ingin hidup seperti manusia normal, berkumpul bersama orang-orang yang dicintai serta hidup damai
bersama mereka. Tulang punggungku remuk, kelingking kananku lepas tergeletak
tiga meter dari badanku, baju loreng yang ku kenakan berubah menjadi merah
pekat. Perlahan, dunia yang ku lihat semakin gelap, hitam, seketika menghilang!
Jakarta, 04
September 2031
Rentetan senjata tak lagi terdengar,
riuhnya peperangan tak lagi terlihat, Jakarta menjadi ladang pertempuran yang
menakutkan. Gedung-gedung pencakar langit rata dengan tanah, burung Gagak
berkeliaran berebut bangkai tentara yang sudah lama membusuk, rongsokan
kendaraan tempur seperti Panser, tank hingga pesawat tergeletak bagaikan
sampah.
HIDUPLAH
TANAHKU HIDUPLAH NEGERIKU
BANGSAKU,
RAKYATKU, SEMUANYA!
BANGUNLAH
JIWANYA, BANGUNLAH BADANNYA
UNTUK INDONESIA
RAYA.!
Sayup-sayup terdengar lagu kebanggan
bangsa Indonesia dari arah timur, ternyata suara itu berasal dari segerombolan pasukan
Yonif 100/Raider Bukit Barisan yang tersisa. mereka menaiki sebuah tank Leopard
dan tiga unit Panser Anoa. Diantara rombongan yang selamat itu, ada satu
tentara yang terlihat meratapi diri, dialah Sertu Raka. Dia diselamatkan oleh
pasukan penerjun payung yang melihatnya pingsan.
Perang global masih terus berlanjut,
China mengobarkan perang baru didaratan Asia. Klaim Laut China Selatan menjadi alasan,
ratusan kapal perang disiagakan. Malaysia, Vietnam, Brunei, Singapura, Jepang
hingga Myanmar geram, kemudian melibatkan diri dalam kekacauan ini. Dilain
waktu perjuangan bangsa Indonesia tidak terhenti sampai disini, provinsi Papua
masih dikuasai Australia, Operasi Trikora Jilid II diluncurkan.
“Dan aku Sertu Raka, akan membalas kekalahanku
dulu...!” Puluhan pesawat Hercules melintas di langit Jayapura, suara rentetan
meriam kembali terdengar!
0 Comments