Hadiah Istimewa untuk Pernikahan Syeikh Al-Buthi

Syeikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi dalam kitab beliau (هذا والدي) sedikit menceritakan kepada kita bagaimana awal pernikahan beliau. 

Beliau bercerita, 

"Ketika umurku beranjak 18 tahun, ayahku (Syeikh Mula Ramadhan Al-Buthi) bersikeras untuk menikahkanku. Beliau condong kepada pendapat wajibnya seorang ayah untuk menikahkan anaknya jika sudah beranjak "dewasa" dan butuh nikah. Beliau berdalil dengan hadits riwayat Imam Baihaqi, 

"من ولد له ولد فليحسن اسمه و أدبه فإذا بلغ فليزوجه فإن بلغ و لم يزوجه فأصاب إثماً فإنما إثمه على أبيه" 

"Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak maka hendaknya ia memberikannya nama yg bagus dan mengajarinya adab. Ketika anaknya sudah baligh maka hendaknya ia menikahkannya, jika tidak menikahkannya kemudian si anak "melakukan dosa" maka dosanya ditanggung bapaknya" 

Ayahku tidak peduli bahwa hadits itu dhoif. 

Ketika beliau menawarkanku untuk nikah, aku kaget dengan tawaran itu, aku bahkan tidak pernah memikirkan itu sebelumnya dan tentunya tidak siap untuk itu, aku kemudian mencoba untuk minta maaf dan meyakinkan beliau akan ketidakinginanku menikah, tetapi beliau tetap bersikukuh atas pilihannya, beliau mencoba meyakinkanku dengan membacakan beberapa halaman dari kitab Ihya Ulumiddin mengenai pentingnya nikah dan faidah-faidahnya. 

Akhir kata, aku ridha dengan pilihan beliau karena khawatir jika penolakanku atasnya termasuk dari bagian durhaka terhadap orangtua. 

Ayahku menikahkanku dengan saudari istrinya yang lebih tua dariku (yang dimaksud adalah istri kedua ayahnya dan syeikh Al-Buthi lahir dari istri pertama). Aku ingat bahwa untuk menikahkanku, ayahku sampai menjual beberapa kitab penting di lemarinya, karena memang saat itu keadaan sedang sulit dan ekonomi keluarga tidak mendukung. 

Setelah menikah, kebaikan dan kemudahan silih berganti berdatangan ke bahtera rumah tangga kami. Ini mungkin karena ketulusanku dalam memenuhi permintaan ayahku. 

Tapi yang sangat menggembirakanku adalah suatu pagi setelah ayahku pulang sholat subuh dari masjid, beliau mengetuk pintu kamarku, saat itu aku masih tidur, waktu itu kira-kira seminggu setelah pernikahanku, beliau membangunkanku dengan suaranya yang khas, 

"أنت لا تزال نائما والبشائر التي جاءتك تستوجب أن تقطع الليل كله ساجدا شاكرا" 

"Engaku masih saja tidur, sedangkan ada berita gembira untukmu. Berita ini berhak kau habiskan satu malam untuk sujud syukur karenanya" 

Kemudian aku beranjak bangun dan bertanya berita gembira apa itu, ayahku berkata, 

"Tadi malam aku bermimpi melihat Rasulullah Saw, beliau datang bersama beberapa sahabatnya, Rasulullah berkata kepadaku, 

"جئنا لنهنئ سعيدا بزواجه" 

"Kami datang untuk mengucapkan "selamat" kepada Sa'id atas pernikahannya" 

Berita gembira ini adalah awal dari semua kebahagiaan pernikahanku"

___ 

Keluarga Syeikh Al-Buthi adalah keluarga yang hidup dengan kesholehan, ketaqwàan, keikhlasan, dan kezuhudan. Mereka sangat pantas mendapatkan itu semua. 

(Sumber: Postingan fb Amru Hamdany)

Reaksi:

Post a Comment

0 Comments